Jawaban:

Kalimat "Bhinneka Tunggal Ika" sebenarnya bukan berasal dari kitab pada masa Kerajaan Majapahit, melainkan berasal dari naskah Kakawin Sutasoma karya Mpu Tantular. Kakawin Sutasoma sendiri ditulis pada masa Kerajaan Majapahit pada abad ke-14 Masehi.

Kalimat "Bhinneka Tunggal Ika" merupakan bagian dari bait ke-136 pada naskah Kakawin Sutasoma. Bait tersebut berbunyi:

"Rwâneka dhâtu winuwus Buddha Wiswa,

Bhinnêki rakwa ring apan kena parwanosen,

Mangka ng Jinatwa kalawan Siwatatwa tunggal,

Bhinneka tunggal ika tan hana dharma mangrwa."

Artinya, "Meskipun bahan yang membuat dunia ini berbeda-beda, tetapi semuanya memiliki satu tujuan, yaitu mencapai keselamatan. Buddha dan Siwa adalah satu, berbeda hanya dalam bentuk. Bhinneka Tunggal Ika, tidak ada agama yang lebih benar dari agama lainnya."

Dalam konteks naskah Kakawin Sutasoma, kalimat "Bhinneka Tunggal Ika" mengajarkan tentang pentingnya toleransi dan persatuan dalam perbedaan agama. Hal ini sejalan dengan ajaran agama Buddha yang mengajarkan tentang penghormatan terhadap semua kehidupan dan keberagaman yang ada di dalamnya.