Berikut ini adalah pertanyaan dari aulianapitupulu76 pada mata pelajaran PPKn untuk jenjang Sekolah Menengah Pertama
Jawaban dan Penjelasan
Berikut ini adalah pilihan jawaban terbaik dari pertanyaan diatas.
Jawaban:
Kisahku, Si Anak Miskin
Namaku Zaki. Aku kelas lima SD, nama sekolahku Nurul Mudayah. Aku tinggal di daerah Peuniti, Banda Aceh. Sejak kecil aku kesusahan dan menderita karena ibuku tidak memiliki uang dan kami adalah orang yang sangat miskin. Aku bersekolah di tempat yang sangat jauh. Setiap hari aku naik sepeda ke Sekolah. Pagi buta sekali, sekitar jam lima pagi aku harus berangkat agar tidak terlambat.
Ibuku seorang penjual bakso dan ayahku sudah lama meninggal, saat aku kelas dua SD. Sejak saat itu, ibuku selalu bekerja setiap harinya tanpa mengeluh. Ia bahkan mengeluarkan uangnya demi aku agar mendapatkan pendidikan dan berharap menjadi orang yang sukses dikemudian hari nanti.
Di sekolah aku sering diejek sebagian teman karena aku miskin. Mereka melihat penampilanku yang tidak memiliki peci, kaos kaki yang sobek dan sepatu kotor karena telah terlalu lama dipakai terus. Saat pergi ke kantin seperti biasa teman-temanku itu terus menjauhiku, padahal aku termasuk anak yang rajin dan cerdas di sekolah. Setiap ada pekerjaan rumah (PR), biasanya mereka mengambil paksa bukuku ketika guru tidak ada. Aku ingin sekali membalasnya, tapi ibuku pernah berkata bahwa orang yang paling kuat itu adalah orang yang dapat menahan amarahnya. Aku sebenarnya ingin memberi tahu persoalanku kepada guru, tapi aku tidak berani karena khawatir teman-teman akan memukulku.
Kebetulan di sekolah ada informasi tentang lomba puisi dan cerpen oleh penerbit buku di Jakarta. Aku ingin mengikuti dua-duanya lomba itu sebab pemenang puisi akan mendapatkan uang sebesar lima juta rupiah dan cerpen sebesar tujuh juta rupiah. Keinginanku tiba-tiba menguap, saat teringat bahwa aku tidak mempunyai laptop. Aku sedih dan menceritakan pada ibu. “Ibu akan membeli laptop untuk Zaki karena ibu percaya padamu,” kata ibuku yang begitu semangat melihat aku giat belajar. Aku tak tahu dari mana ibu akan mendapatkan biayanya.
Keesokan harinya sebuah laptop yang terlihat tidak baru sudah berada di kamarku. Aku terkejut sekaligus sangat bahagia dan mengucapkan terima kasih kepada ibu dan langsung memeluknya. Kami berdua saling berangkulan dan menangis bersama. Aku melihat jari yang di sana biasanya ada cincin emas yang diberikan oleh almarhum Ayah. Rupanya ibu menjual cincin emas tersebut. Perasaanku bercampur aduk antara senang dan sedih.
Sejak saat itu aku bertekad untuk mendaftar dan memenangkan perlombaan puisi dan cerpen itu. Aku semakin bersemangat belajar. Semangat dan tekadku tidak selalu berjalan mulus. Ada saja kesedihan yang muncul. Pernah saat aku pulang dari sekolah, kutemukan sepedaku kempis. Ini bukan untuk pertama kalinya terjadi. Pasti ulah dari. Terpaksa aku pulang jalan kaki sambil menggiring sepeda dan tentu saja menjadi terlambat tiba di rumah.
“Mengapa pulangnya terlambat sayang?” Ibu yang berada depan pintu rumah bertanya padaku. Aku menceritakan semua kejadian di sekolah. Ibu terlihat kesal dan marah. “Ibu akan menelepon orang tua mereka, sikap teman-teman Zaki sudah tidak dapat dibiarkan. Ibu akan menelepon ayah dan ibu mereka agar mereka bisa lebih baik.” “Jangan Bu! Aku tidak apa-apa, mereka hanya anak-anak yang belum mendapatkan hidayah,” ujarku “Tapi…, mereka selalu bersikap tidak baik kepada Zaki!” Tegas ibu dengan geramnya. “Ibu pernah berkata padaku kalau orang yang kuat itu orang yang dapat menahan amarahnya.” Ibuku sangat terharu mendengar jawabanku dan menangis. Ibu berterima kasih kepadaku karena telah mengingatkannya.
Pada hari minggu yang merupakan hari libur sekolah, menjadi kesempatan bagiku untuk membuat dan mengembangkan ide cerpen dan puisi karena deadline-nya tinggal beberapa hari lagi. Aku membuat puisi berjudul Arti Hari Kemerdekaan bagi Seorang Pahlawan. Sementara cerpen yang kubuat berjudul Hari Kemerdekaan bagi Anak Milineal.
Jantungku berdegup sangat kencang saat mengirimkan naskah puisi dan cerpen tersebut. Dengan membaca basmalah dan berdoa aku berhasil mengirimkan naskah tersebut.
Beberapa hari kemudian, melalui salah seorang guru di sekolahku memberitahu jika puisi dan cerpenku masuk tahapan final. Aku sangat senang dan semakin dekat menuju impianku. Namun aku menyadari jika perjuanganku belum selesai. Ada banyak kemungkinan yang dapat terjadi termasuk jika aku tidak menang sama sekali.
Saat puncak acara 17 Agustus, siswa-siswi yang berhasil masuk ke tahapan final diundang datang ke kantor gubernur. Saat pengumuman dari panitia acara adalah saat yang mendebarkan hati. Aku tidak menyangka namanya dipanggil dan harus naik ke atas panggung. Semua orang terlihat bertepuk tangan setelah diketahui aku mendapatkan dua penghargaan yaitu juara satu puisi dan juara satu cerpen. Aku berhak mendapatkan uang tunai 12 juta dari kedua lomba tersebut. Guru-guruku pun bahagia karena aku mengharumkan nama sekolah.
Mataku terlihat berkaca-kaca, seakan senyum ibu hadir di hadapanku. Aku berjanji dalam hati akan membelikan cincin emas buat ibu. Sisi hatiku yang lain tiba-tiba berbisik: ‘Seandainya ayahku bisa melihat semua ini.’
Semoga dengan pertanyaan yang sudah terjawab oleh ismayantia101 dapat membantu memudahkan mengerjakan soal, tugas dan PR sekolah kalian.
Apabila terdapat kesalahan dalam mengerjakan soal, silahkan koreksi jawaban dengan mengirimkan email ke yomemimo.com melalui halaman Contact
Last Update: Wed, 15 Feb 23