Jawaban:

Konflik suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA) merupakan bentuk ancaman nonmiliter berdimensi sosial. Ancaman nonmiliter mengacu pada ancaman terhadap stabilitas, keamanan, dan harmoni sosial dalam suatu masyarakat atau negara, yang tidak melibatkan penggunaan kekuatan militer secara langsung.

Konflik SARA melibatkan pertentangan atau ketegangan antara kelompok suku, agama, ras, atau golongan tertentu dalam suatu masyarakat. Konflik semacam ini dapat terjadi karena perbedaan keyakinan, budaya, adat istiadat, atau isu-isu sosial yang sensitif. Bentuk-bentuk konflik SARA dapat mencakup diskriminasi, intoleransi, kekerasan antargolongan, pembakaran rumah ibadah, atau perpecahan sosial yang lebih luas.

Konflik SARA memiliki dimensi sosial karena melibatkan ketegangan dan konflik antara kelompok-kelompok sosial dalam masyarakat. Konflik semacam ini dapat merusak hubungan antarindividu dan antarkelompok, mengganggu kehidupan sehari-hari, dan mengancam stabilitas sosial.

Penyelesaian konflik SARA biasanya melibatkan upaya-upaya seperti dialog antarkelompok, promosi toleransi dan penghormatan terhadap perbedaan, legislasi yang melindungi hak-hak individu, pendidikan yang mempromosikan pemahaman lintas budaya dan agama, serta pembangunan kebijakan dan program yang bertujuan untuk mengurangi disparitas sosial dan meningkatkan inklusi sosial.

Penting untuk mengatasi konflik SARA dengan pendekatan yang mempromosikan persatuan, keadilan, dan penghargaan terhadap keberagaman, sehingga masyarakat dapat hidup dalam harmoni dan saling menghormati satu sama lain.

Penjelasan: