Dalam perspektif teori konflik kebudayaan, budaya dapat memainkan peran penting dalam mengakibatkan kejahatan ketika terjadi konflik antara kelompok-kelompok yang memiliki perbedaan budaya. Berikut adalah beberapa argumen yang dapat mendukung pernyataan ini:

1. Perbedaan Nilai dan Norma: Setiap kelompok budaya memiliki nilai-nilai, norma, dan sistem kepercayaan yang berbeda. Ketika terjadi konflik antara kelompok-kelompok yang memiliki perbedaan budaya yang signifikan, dapat terjadi ketegangan dan ketidaksepahaman yang berpotensi mengarah pada kejahatan. Perbedaan pandangan tentang apa yang dianggap benar atau salah, atau bagaimana menyelesaikan konflik, dapat menjadi pemicu untuk melakukan tindakan kejahatan.

2. Ketidakadilan dan Diskriminasi: Konflik budaya sering kali terkait dengan ketidakadilan dan diskriminasi antara kelompok-kelompok yang berbeda. Ketika salah satu kelompok budaya merasa direndahkan, diabaikan, atau dianiaya oleh kelompok lain, hal ini dapat menyebabkan kemarahan dan kekecewaan yang mendorong individu untuk melakukan tindakan kejahatan sebagai bentuk balas dendam atau perlawanan terhadap perlakuan yang mereka anggap tidak adil.

3. Pengaruh Identitas Budaya: Identitas budaya merupakan aspek penting dalam kehidupan individu dan kelompok. Konflik budaya yang terjadi dapat memicu perasaan ancaman terhadap identitas budaya seseorang atau kelompoknya. Ketika individu atau kelompok merasa identitas budaya mereka terancam, hal ini dapat memicu tindakan kejahatan sebagai upaya untuk mempertahankan atau memperkuat identitas budaya mereka.

4. Pembentukan Grup Ekstremis: Konflik budaya dapat menciptakan kelompok-kelompok ekstremis yang menganut ideologi radikal dan melakukan kejahatan dalam rangka mencapai tujuan mereka. Kelompok-kelompok ini sering kali mengasumsikan bahwa budaya mereka superior dan memiliki hak untuk menindas atau menghancurkan kelompok budaya lainnya. Mereka dapat menggunakan kekerasan atau terorisme sebagai cara untuk memperjuangkan tujuan mereka.