Berikut ini adalah pertanyaan dari wiwikkuswijayanti pada mata pelajaran PPKn untuk jenjang Sekolah Menengah Pertama
Apa makna dan sejarah bhineka tunggal ika?
Jawaban dan Penjelasan
Berikut ini adalah pilihan jawaban terbaik dari pertanyaan diatas.
Sejarah,
Semboyan Bhinneka Tunggal Ika adalah sebuah kutipan yang diambil dari Kitab Sutasoma karangan Empu Tantular yang ditulis atau dikarang pada tahun ke-14 Masehi atau lebih tepatnya pada zaman Kerajaan Majapahit yang notabene menganut kepercayaan Hindu. Empu Tantular adalah seorang penganut Budha pada masa Majapahit, tapi itu tidak membuat hidupnya menjadi tidak aman atau tidak tentram. Sebaliknya, Empu Tantular menjalani suatu kehidupan yang aman dan tentram di bawah kepercayaan Hindu yang dianut oleh kerajaan. Dalam kitab tersebut, Empu Tantular menulis “Rwaneka dhatu winuwus Buddha Wiswa, Bhinnêki rakwa ring apan kena parwanosen, Mangka ng Jinatwa kalawan Siwatatwa tunggal, Bhinnêka tunggal ika tan hana dharma mangrwa” (Bahwa agama Buddha dan Siwa (Hindu) adalah zat yang berbeda, tetapi nilai-nilai kebenaran Jina(Buddha) dan Siwa yaitu tunggal. Terpecah belah, tetapi satu jua, artinya tak ada dharma yang mendua).
Bhinneka Tunggal Ika mulai menjadi bahan diskusi saat dimulainya suatu proses persiapan kemerdekaan Indonesia. Saat itu, Ir.Soekarno bersama dengan Muhammad Yamin, dan I Gusti Bagus Sugriwa membuat diskusi kelompok kecil di sela-sela sidang BPUPKI perihal dalam mempersiapkan kesiapan-kesiapan untuk memproklamirkan kemerdekaan Indonesia.
Sesudah beberapa tahun kemudian, ketika para tokoh bangsa yang sudah memproklamirkan kemerdekaan Indonesia berembuk untuk merancang lambang Negara, maka timbullah ide untuk memasukkan semoyan Bhinneka Tunggal Ika ke dalam lambang tersebut. Maka jadilah, pada lambang burung garuda, pada kaki burung tersebut, terdapat tulisan Bhinneka Tunggal Ika.
Secara resmi, lambang burung Garuda beserta tulisan Bhinneka Tunggal Ika tersebut dipakai pada saat Sidang Kabinet Republik Indonesia Serikat yang dipimpin oleh wakil presiden saat itu, yaitu Mohd.Hatta pada tanggal 11 Februari 1950. Lambang ini disahkan yang berdasarkan usulan dari Sultan Hamid 2 dan Muh.Yamin. sebenarnya, banyak sekali yang mengusulkan rancangan lambang dari tokoh-tokoh saat itu, tetapi yang terpilih yaitu rancangan yang dibuat oleh Sultan Hamid beserta Muh.Yamin.
Sebenarnya, semboyan Bhinneka Tunggal Ika lebih bermanifestasi kepada keadaan kepercayaan atau agama pada masa itu. Empu Tantular dalam kitabnya, menceritakan kata-kata itu untuk menggambarkan keadaan damai yang dirasakan meskipun terdapat perbedaan kepercayaan. tapi, oleh para tokoh bangsa, semboyan ini diberikan penafsiran baru untuk memenuhi permintaan kondisi akan zaman tersebut. Indonesia yang beraneka ragam tetapi bersatu padu, dianggap sesuai dengan makna semboyan tersebut.
Para Founding Fathers yang kebanyakan beragama Islam pada saat itu, terlihat sangat toleran terhadap usulan semboyan yang diusulkan oleh Muh.Yamin. watak inilah yang menjadi cerminan rakyat Indonesia yang sangat toleran terhadap keanekaragaman yang ada. Rakyat Indonesia sudah mengenal aneka ragam suku bangsa, ras, kepercayaan jauh sebelum agama-agama datang dan masuk ke Indonesia.
Semboyan Bhinneka Tunggal Ika adalah sebuah kutipan yang diambil dari Kitab Sutasoma karangan Empu Tantular yang ditulis atau dikarang pada tahun ke-14 Masehi atau lebih tepatnya pada zaman Kerajaan Majapahit yang notabene menganut kepercayaan Hindu. Empu Tantular adalah seorang penganut Budha pada masa Majapahit, tapi itu tidak membuat hidupnya menjadi tidak aman atau tidak tentram. Sebaliknya, Empu Tantular menjalani suatu kehidupan yang aman dan tentram di bawah kepercayaan Hindu yang dianut oleh kerajaan. Dalam kitab tersebut, Empu Tantular menulis “Rwaneka dhatu winuwus Buddha Wiswa, Bhinnêki rakwa ring apan kena parwanosen, Mangka ng Jinatwa kalawan Siwatatwa tunggal, Bhinnêka tunggal ika tan hana dharma mangrwa” (Bahwa agama Buddha dan Siwa (Hindu) adalah zat yang berbeda, tetapi nilai-nilai kebenaran Jina(Buddha) dan Siwa yaitu tunggal. Terpecah belah, tetapi satu jua, artinya tak ada dharma yang mendua).
Bhinneka Tunggal Ika mulai menjadi bahan diskusi saat dimulainya suatu proses persiapan kemerdekaan Indonesia. Saat itu, Ir.Soekarno bersama dengan Muhammad Yamin, dan I Gusti Bagus Sugriwa membuat diskusi kelompok kecil di sela-sela sidang BPUPKI perihal dalam mempersiapkan kesiapan-kesiapan untuk memproklamirkan kemerdekaan Indonesia.
Sesudah beberapa tahun kemudian, ketika para tokoh bangsa yang sudah memproklamirkan kemerdekaan Indonesia berembuk untuk merancang lambang Negara, maka timbullah ide untuk memasukkan semoyan Bhinneka Tunggal Ika ke dalam lambang tersebut. Maka jadilah, pada lambang burung garuda, pada kaki burung tersebut, terdapat tulisan Bhinneka Tunggal Ika.
Secara resmi, lambang burung Garuda beserta tulisan Bhinneka Tunggal Ika tersebut dipakai pada saat Sidang Kabinet Republik Indonesia Serikat yang dipimpin oleh wakil presiden saat itu, yaitu Mohd.Hatta pada tanggal 11 Februari 1950. Lambang ini disahkan yang berdasarkan usulan dari Sultan Hamid 2 dan Muh.Yamin. sebenarnya, banyak sekali yang mengusulkan rancangan lambang dari tokoh-tokoh saat itu, tetapi yang terpilih yaitu rancangan yang dibuat oleh Sultan Hamid beserta Muh.Yamin.
Sebenarnya, semboyan Bhinneka Tunggal Ika lebih bermanifestasi kepada keadaan kepercayaan atau agama pada masa itu. Empu Tantular dalam kitabnya, menceritakan kata-kata itu untuk menggambarkan keadaan damai yang dirasakan meskipun terdapat perbedaan kepercayaan. tapi, oleh para tokoh bangsa, semboyan ini diberikan penafsiran baru untuk memenuhi permintaan kondisi akan zaman tersebut. Indonesia yang beraneka ragam tetapi bersatu padu, dianggap sesuai dengan makna semboyan tersebut.
Para Founding Fathers yang kebanyakan beragama Islam pada saat itu, terlihat sangat toleran terhadap usulan semboyan yang diusulkan oleh Muh.Yamin. watak inilah yang menjadi cerminan rakyat Indonesia yang sangat toleran terhadap keanekaragaman yang ada. Rakyat Indonesia sudah mengenal aneka ragam suku bangsa, ras, kepercayaan jauh sebelum agama-agama datang dan masuk ke Indonesia.
Semoga dengan pertanyaan yang sudah terjawab oleh Niggas dapat membantu memudahkan mengerjakan soal, tugas dan PR sekolah kalian.
Apabila terdapat kesalahan dalam mengerjakan soal, silahkan koreksi jawaban dengan mengirimkan email ke yomemimo.com melalui halaman Contact
Last Update: Sat, 26 Aug 17