Kasus ujaran kebencian yang dilakukan oleh peneliti BRIN Andi Pangerang dan Thomas Djamaluddin telah menimbulkan berbagai tanggapan dan diskusi di masyarakat. Berikut ini adalah beberapa poin dan solusi yang disampaikan:

1. Kasus ini dicela sebagai bentuk intoleransi dan menggugat nilai kebebasan berpendapat. Ada yang menganggap kedua peneliti ini sedang mengetes toleransi dan berpendapat sesuai hak mereka sebagai warga negara. Namun, ada juga yang menganggap ujaran ini menggugat harmoni sosial dan keselarasan umat beragama. Perspektif ini menganggap ujaran ini tidak bisa dibenarkan.

2. Pihak terkait seperti BRIN, Departemen Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi, dan Dewan Kerukunan Umat Beragama menganggap pernyataan ini tidak mewakili institusi dan tidak sejalan dengan nilai kebangsaan Pancasila serta prinsip kerukunan beragama. Mereka telah mengeluarkan surat pernyataan resmi dan berjanji akan mengambil tindakan tegas.

3. Ada pula yang menyarankan hormati kebebasan berpendapat namun dituntut untuk lebih bijak dan bertanggung jawab dalam menyampaikan pendapat, agar tidak menggugat nilai luhur kebangsaan dan kerukunan. Ujaran kebencian bukanlah solusi.

4. Diperlukan upaya penggalangan solidaritas antar umat beragama dan pembinaan kepekatan sosial untuk mencegah konflik dan intoleransi. Kerukunan harus dijaga bersama secara terus menerus.

5. Pihak korban (kelompok Hindu) menginginkan adanya pembelaan, penyebaran informasi koreksi dan permintaan maaf secara terbuka. apa yang telah mereka lakukan untuk membela dan membuktikan kebenaran.

Saya berharap tanggapan dan solusi ini dapat membantu. Kasus seperti ini memang membutuhkan penanganan bijak secara terkoordinasi oleh semua pihak.