Ketahanan sosial budaya dalam aspek kehidupan berbangsa (astagatra) pada Sila Kedua, yaitu "Kemanusiaan yang adil dan beradab", dapat dijelaskan melalui beberapa contoh sebagai berikut:

1. Keragaman Budaya: Ketahanan sosial budaya tercermin dalam adanya pengakuan dan penghormatan terhadap keragaman budaya di Indonesia. Contohnya adalah upaya pelestarian dan promosi budaya daerah, seperti melalui festival budaya, pertunjukan seni tradisional, dan perlindungan terhadap warisan budaya.

2. Persatuan Nasional: Ketahanan sosial budaya juga melibatkan semangat persatuan nasional di tengah keragaman budaya. Hal ini mencakup upaya memupuk rasa solidaritas, toleransi, dan menghormati perbedaan antar suku, agama, dan etnis di Indonesia.

3. Keadilan Sosial: Ketahanan sosial budaya juga terkait dengan upaya menciptakan keadilan sosial di masyarakat. Ini mencakup pemerataan akses terhadap pendidikan, kesehatan, lapangan kerja, dan kesempatan yang adil bagi semua warga negara tanpa memandang latar belakang budaya, sosial, atau ekonomi.

4. Etika dan Moral: Ketahanan sosial budaya juga berkaitan dengan upaya membangun kesadaran akan nilai-nilai etika dan moral dalam kehidupan bermasyarakat. Ini meliputi etika kerja, integritas, saling menghormati, tolong-menolong, dan tanggung jawab sosial sebagai bagian dari budaya dan identitas bangsa.

5. Pendidikan dan Kesadaran Budaya: Ketahanan sosial budaya juga terkait dengan pendidikan dan kesadaran budaya di masyarakat. Pendidikan yang memperkuat identitas budaya, mempelajari sejarah dan tradisi bangsa, serta mengajarkan nilai-nilai kehidupan yang berlandaskan kemanusiaan yang adil dan beradab, dapat menjadi fondasi penting dalam membangun ketahanan sosial budaya.

Melalui contoh-contoh tersebut, ketahanan sosial budaya dalam aspek kehidupan berbangsa (astagatra) pada Sila Kedua dapat terwujud, memperkuat persatuan, dan membangun kehidupan masyarakat yang adil dan beradab.