permainan tradisional merupakan kebudayaan yang dimiliki bangsa indonesia. apa akibatnya

Berikut ini adalah pertanyaan dari h4751144 pada mata pelajaran PPKn untuk jenjang Sekolah Menengah Atas

permainan tradisional merupakan kebudayaan yang dimiliki bangsa indonesia. apa akibatnya jika anak anak indonesia tidak mau bermain permainan tradisional dan memilih permainan modern?​

Jawaban dan Penjelasan

Berikut ini adalah pilihan jawaban terbaik dari pertanyaan diatas.

Permainan tradisional anak-anak perlahan-lahan mulai tergantikan hadirnya permainan modern seperti Playstation dan aplikasi game di ponsel pintar dan tablet.

Meski permainan modern bisa merangsang kemampuan kognitif anak tapi pergeseran tradisional ke modern ini dikhawatirkan bisa menumbuhkan sikap individualis dan malas pada anak.

Zaman dahulu, anak-anak sungguh akrab dengan berbagai permainan konvensional semacam petak umpet, gobak sodor ataupun congklak. Sekarang, anak-anak justru lebih senang menghabiskan waktu bermain Angry Birds di depan komputer, ponsel pintar atau tablet.

Teknologi memang kerap mendekatkan yang jauh, pun menjauhkan yang dekat. Hal ini disadari Albertus Wuryanto, wiraswastawan berusia 59 tahun yang telah dikaruniai dua putra.

“Dari kecil, kedua anak saya jarang sekali memainkan permainan tradisional tersebut. Hal itu karena tidak ada cukup ruangan bagi mereka untuk beraktivitas dan bermain bersama. Padahal permainan-permainan tersebut tanpa mereka sadari dapat memperkenalkan sistem social reward and punishment,”

Meski permainan modern bisa merangsang kemampuan kognitif anak tapi pergeseran tradisional ke modern ini dikhawatirkan bisa menumbuhkan sikap individualis dan malas pada anak.

Zaman dahulu, anak-anak sungguh akrab dengan berbagai permainan konvensional semacam petak umpet, gobak sodor ataupun congklak. Sekarang, anak-anak justru lebih senang menghabiskan waktu bermain Angry Birds di depan komputer, ponsel pintar atau tablet.

Teknologi memang kerap mendekatkan yang jauh, pun menjauhkan yang dekat. Hal ini disadari Albertus Wuryanto, wiraswastawan berusia 59 tahun yang telah dikaruniai dua putra.

“Dari kecil, kedua anak saya jarang sekali memainkan permainan tradisional tersebut. Hal itu karena tidak ada cukup ruangan bagi mereka untuk beraktivitas dan bermain bersama. Padahal permainan-permainan tersebut tanpa mereka sadari dapat memperkenalkan sistem social reward and punishment,” ujar Albertus pada Beritasatu.com, Senin (23/7).

Albertus mengatakan sisi negatif dari game modern yang ada saat ini adalah lebih menonjolkan sisi individual anak yang membuat mereka asyik sendiri dengan dunianya. Sementara itu permainan tradisional itu lebih banyak memiliki nilai-nilai yang dapat diambil.

“Contohnya saja permainan petak umpet yang mengharuskan kita untuk bergerak secara cepat ataupun berlari sehingga bisa merangsang saraf motorik yang ada. Hal itu dapat menstimuli perkembangan anak serta membuatnya lebih peduli pada lingkungan sekitar,” ujar Albert.

Dia mengatakan salah satu alasan dia tidak bisa memperkenalkan permainan tradisional seperti gobak sodor dan petak umpet adalah karena tidak ada cukup ruangan bagi mereka untuk beraktivitas dan bermain bersama.

“Padahal permainan-permainan tersebut tanpa mereka sadari dapat memperkenalkan sistem sosial reward and punishment. Hal itu berarti, bila Anda kalah harus siap menerima hukuman, bila menang barulah terbebas dari hukuman itu. Dengan sendirinya mereka akan terbiasa mengikuti rule yang ada dan mentalitas sportif pun dapat terbentuk dengan baik,” kata Albertus kembali.

Rossy Utami, pegawai swasta sekaligus ibu rumah tangga berusia 35 tahun juga memiliki pendapat serupa.

“Bila dibandingkan, permainan zaman dahulu lebih banyak melibatkan anak dalam sosialisasi dan interaksi (dengan lingkungan sekitar). Tidak baik bila anak terus-terusan hanya berada di dalam rumah. Ia harus belajar untuk mengenal dunia luar, tapi dengan pembatasan waktu yang tepat tentunya,” tutur Rossy.

Psikolog anak Seto Mulyadi mengatakan bahwa ‘punahnya' permainan tradisional anak-anak Indonesia disebabkan oleh terbatasnya fasilitas yang ada dan lingkungan yang mendukung terjadinya hal tersebut.

“Ruang bermain yang ada sungguh terbatas. Selain itu, kadang-kadang orangtua sendiri yang memengaruhi anak untuk menganggap bahwa permainan tradisional itu kuno dan tidak menarik lagi,” ucap lelaki yang akrab disapa Kak Seto ini.

Seto pun menambahkan, kelemahan dari game modern yang ada saat ini adalah berpeluang mendorong anak menjadi individualistis karena cenderung sibuk dengan dirinya sendiri.

Semoga dengan pertanyaan yang sudah terjawab oleh auraasmaranycahaya dapat membantu memudahkan mengerjakan soal, tugas dan PR sekolah kalian.

Apabila terdapat kesalahan dalam mengerjakan soal, silahkan koreksi jawaban dengan mengirimkan email ke yomemimo.com melalui halaman Contact

Last Update: Sun, 13 Aug 23