Anak-anak merupakan kelompok yang sangat rentan terhadap radikalisme beragama karena mereka belum memiliki pemahaman yang cukup tentang agama dan dunia yang lebih luas, serta belum memiliki kemampuan untuk mengevaluasi informasi yang mereka terima dengan seksama. Hal ini membuat anak-anak mudah terpengaruh oleh orang lain, terutama oleh orang dewasa yang mereka anggap sebagai pemimpin atau pemberi contoh.

Anak-anak juga memiliki posisi yang lemah dalam sistem sosial karena mereka masih tergantung pada orang dewasa untuk kebutuhan dasar seperti makanan, tempat tinggal, dan perlindungan. Hal ini membuat anak-anak lebih mudah dikontrol oleh orang lain dan lebih rentan terhadap tekanan untuk mengikuti agama atau ideologi tertentu.

Pertimbangan usia juga memainkan peran penting dalam hal ini. Anak-anak yang lebih muda lebih mudah terpengaruh karena mereka belum memiliki kemampuan untuk mengevaluasi informasi secara kritis. Sebaliknya, anak-anak yang lebih tua lebih mungkin memiliki kemampuan untuk menentang tekanan untuk berradikal dan lebih mampu memahami konsekuensi dari tindakan mereka. Namun demikian, tidak ada batasan usia yang pasti untuk menentukan tingkat kerentanan terhadap radikalisme, karena setiap anak-anak memiliki keunikan dan latar belakang yang berbeda.