Gowa dan Tallo adalah dua kerajaan yang terletak di Sulawesi Selatan pada abad ke-16 dan ke-17. Saat itu, kedua kerajaan ini mengalami rintangan dalam proses perluasan dan penyebaran agama Islam. Beberapa rintangan yang dihadapi antara lain:

1. Adat Istiadat yang Kuat: Di Gowa dan Tallo, sistem adat dan kepercayaan lokal yang telah berkembang sangat kuat dan memengaruhi kehidupan masyarakat. Hal ini menjadi hambatan dalam upaya perluasan agama Islam. Adat-istiadat yang telah ada di masyarakat tersebut, di antaranya kepercayaan terhadap roh leluhur, upacara adat, dan lain-lain, sehingga keberadaan agama Islam seringkali dianggap sebagai ancaman terhadap kehidupan adat-istiadat yang telah ada.

2. Penolakan dari Golongan Elit: Golongan elit di Gowa dan Tallo, seperti para bangsawan dan pedagang, memiliki kepentingan dan kekuasaan yang kuat. Mereka menganggap bahwa masuknya agama Islam dapat mengancam kedudukan dan pengaruh mereka di masyarakat. Oleh karena itu, banyak dari mereka yang menolak masuknya agama Islam.

3. Ketidakmampuan dalam Menyebarluaskan Agama Islam: Selain itu, para ulama atau pemuka agama Islam di Gowa dan Tallo tidak memiliki kemampuan yang memadai dalam menyebarluaskan agama Islam. Mereka hanya mengandalkan metode dakwah tradisional yang dilakukan dengan cara berjalan kaki dari satu desa ke desa lainnya untuk menyebarkan ajaran Islam.

Namun, walaupun menghadapi banyak rintangan, agama Islam akhirnya berhasil menyebar dan diterima di Gowa dan Tallo pada abad ke-17. Hal ini dapat terjadi karena adanya dukungan dari pihak kerajaan dan masyarakat awam, serta adanya perubahan sosial dan politik yang terjadi di masyarakat.