Jawaban:

Sekolah baru yang menjadi tempat saya mencari nafkah saat ini adalah sebuah sekolah Buddis Nasional. Mayoritas guru dan muridnya memang beragama Budha. Namun, ada diantara guru dan murid yang memiliki agama berbeda. Contohnya saya adalah salah satu guru yang beragama Islam. Namun, perbedaan itu dapat disikapi secara dewasa baik oleh sesama guru maupun para siswa.

Ditengah-tengah kabar tentang perlakuan kurang adil terhadap Muslim Rohingnya di Myanmar, ternyata saya masih bisa berpuasa dengan tenang di Sekolah ini. Bahkan murid-murid saya sangat santun dan sangat toleran karena mengetahui bahwa saya adalah seorang muslim yang tengah menjalankan puasa. Saya sangat menyesali perlakuan kurang adil dari tentara dan pemerintahan Myanmar terhadap etnis dan muslim Rohingnya di Myanmar. Karena perlakuan saudara kita, umat Budha di sekolah saya sangatlah toleran. Ini bukanlah pengalaman yang pertama. Di bimbel tempat saya bekerja sebelumnya hampir separuh murid saya ada yang beragama Katolik, Kristen, Budha, dan Hindu. Tapi, perbedaan itu yang membuat kami bisa saling bertoleransi atau saling hormat menghormati. Bahkan, kami sempat mengadakan acara buka puasa bersama. Saya sangat senang sekali ketika kami bisa duduk bersama menikmati hidangan bebuka seperti sebuah keluarga. Bahkan, rekan guru disekolah selalu meminta izin terlebih dahulu pada saya jika mereka ingin makan atau sekedar minum satu atau dua teguk air ketika berada di ruang guru. Lama-kelamaan justru saya yang merasa tidak enak pada mereka. Kebetulan ada satu orang guru Muslim lain disitu. Jadi teman-teman jika ingin makan, laporan dulu sama kami dan minta izin makan/minum. Hehehehe Menyikapi hal itu justru saya menjelaskan pada mereka agar tidak terlalu kaku. Jika rekan-rekan ingin makan atau minum di depan kami silahkan saja, tidak perlu meminta izin segala. Karena justru malah kami yang sedang berpuasa menjadi tidak enak hati. Anggap saja seperti hari-hari biasanya, tukas saya. Bukan hanya rekan guru yang sangat toleran. Beberapa siswa pun ada yang meminta izin untuk minum meski ketika pada jam istirahat. Kebetulan saya tengah berada di sekitar mereka. Ya, mereka tahu bahwa saya adalah seorang Muslim yang sedang berpuasa. Lagi-lagi saya menjelaskan bahwa mereka bebas untuk makan dan minum tanpa harus izin terlebih dahulu. Alhamdulillah saya tidak mendapakan kesulitan dalam beribadah. Baik itu untuk menjalankan sholat lima waktu maupun berpuasa di bulan Ramadhan. Perbedaaan agama di sekolah baru ini merupakan pengalaman yang luar biasa indahnya. Ternyata meskipun keadaan Indonesia "seperti ini", tapi saya benar-benar merasakan bahwa negara Indonesia adalah negara yang paling toleran, selain dikenal sebagai negara paling ramah. Perkataan KH. Hasyim Muzadi tentang Indonesia adalah negara paling toleran saya rasakan sendiri. Saya besar dalam pendidikan agama Islam yang sangat kuat di beberapa Pesantren. Dari SD hingga SMP, saya sekolah di Pesantren Al-Quran Babussalam, Bandung. Ketika SMA saya pun masih di sebuah boarding School, Madrasah Aliyah Muallimin Muhammadiyah, Yogyakarta. Tidak sampai disitu, hingga akhirnya saya menyelesaikan Strata 1 di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta. Perbedaan itu adalah rahmat. Maka sungguh nikmat bisa hidup ditengah-tengah saudara kita yang berbeda agama. Saya bisa dengan tenang dan khusuk menjalankan ibadah puasa karena semua bisa bersikap toleran. Saling menghargai dan saling hormat menghormati.

Penjelasan:

maaf kalo salah semoga membantu,dan jadikan jawaban yang terbaik^_^