menjelaskan dasar hukum tentang budaya politik di indonesia 1.politik parokial,

Berikut ini adalah pertanyaan dari mhmmdfauji030 pada mata pelajaran PPKn untuk jenjang Sekolah Menengah Atas

menjelaskan dasar hukum tentang budaya politik di indonesia 1.politik parokial, 2.politik sederhana, 3.politik modern dan 4. politik sosial​

Jawaban dan Penjelasan

Berikut ini adalah pilihan jawaban terbaik dari pertanyaan diatas.

Jawaban:

1.Budaya politik merupakan pola perilaku suatu masyarakat dalam kehidupan bernegara, penyelenggaraan administrasi negara, politik pemerintahan, hukum, norma kebiasaan yang dihayati oleh seluruh anggota masyarakat setiap harinya. Budaya politik juga dapat diartikan sebagai suatu sistem nilai bersama suatu masyarakat yang memiliki kesadaran untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan kolektif dan penentuan kebijakan publik untuk masyarakat seluruhnya.

2.Sebelum reformasi, cara berpikir mayoritas masyarakat Indonesia dalam merespons isu politik terlihat simpel dan sederhana. Masyarakat percaya dengan politik yang berjalan apa adanya.

Politik berjalan seperti air yang mengalir dan muaranya bisa ditebak arahnya. Politik jadi tanpa kejutan dan cenderung membosankan.

Masyarakat pada zaman itu umumnya jadi memandang politik lurus-lurus saja. Ibarat memakai kaca mata kuda sambil menonton atau membaca berita. Masyarakat cenderung atau 'terpaksa' memercayai apa saja yang tersaji di hadapan matanya.

Walhasil yang diperoleh masyarakat dari berita politik adalah pembenaran akan prestasi pemerintah. Tak heran jika kemudian timbul fanatisme buta pada Orde Baru.

Setelah reformasi, cara masyarakat memandang politik jadi jungkir balik. Politik tak lagi ditonton dengan kaca mata kuda tapi ditonton dengan kaca mata telanjang tembus pandang.

Keran kebebasan yang terbuka lebar membuat apa saja terekspos. Dari urusan pikiran, perut, hingga wilayah di bawah perut jadi konsumsi berita yang diumbar di mana-mana.

Akibatnya, kalau kata masyarakat Betawi, masyarakat tak lagi berpikir lempeng, melainkan menjadi lebih ngeres. Ini utamanya dalam merspons hal-hal terkait politik.

Mungkin saya harus menggunakan bahasa yang lebih 'Jakarta Selatan' untuk mengganti kata ngeres yakni over sophisticated. Usai reformasi, politik dicerna dengan cara berpikir terlalu canggih, serba rumit, dan serba konspiratif.

Sebagai contoh saja, saat seorang tokoh politik hadir ke sebuah acara dengan wajah lesu, interpertasi yang terlalu canggih pun datang bertubi-tubi. Mendadak muncul banyak pakar yang mampu membaca politik lewat ekspresi raut wajah.

"Tokoh itu pasti sedang tertekan karena disandra hingga wajahnya pun tampak tak bahagia!" begitu contoh interpertasi yang muncul. Padahal bisa jadi peristiwa sebenarnya begitu sederhana karena si tokoh kura

ng tidur atau sedang sakit perut. Contoh di atas sering kita jumpai di keseharian, bahkan di tengah media.

Masyarakat kerap mengartikan segala peristiwa dengan konspirasi-konspirasi tingkat tinggi. Setiap peristiwa politik dipandang terjadi karena kebodohan 'si jahat' dan kejeniusan 'si baik'.

Padahal tak jarang peristiwa politik lahir bukan karena settingan kebodohan atau kejeniusan. Tapi justru tercipta dengan begitu sederhana bahkan tak direncana. Cara berpikir yang terlalu canggih ini malah justru kerap terpisah jauh dengan kebenaran yang ala kadarnya.

Untuk membuktikan tesis tentang interpertasi yang terlalu canggih ini, saya coba melakukan

3.

Semoga dengan pertanyaan yang sudah terjawab oleh kaconggagasan dapat membantu memudahkan mengerjakan soal, tugas dan PR sekolah kalian.

Apabila terdapat kesalahan dalam mengerjakan soal, silahkan koreksi jawaban dengan mengirimkan email ke yomemimo.com melalui halaman Contact

Last Update: Tue, 13 Jul 21