dokter perempuan: jasa atau perjuangan yang layak kit teladani tolong

Berikut ini adalah pertanyaan dari Calysta30 pada mata pelajaran Sejarah untuk jenjang Sekolah Dasar

Dokter perempuan: jasa atau perjuangan yang layak kit teladani


tolong bantu jawab​

Jawaban dan Penjelasan

Berikut ini adalah pilihan jawaban terbaik dari pertanyaan diatas.

Jawaban:

Di masa penjajahan, siapapun ingin ikut berjuang agar Indonesia Merdeka, tak terkecuali para pemuda yang menyandang gelar dokter. Bahkan ada diantara mereka yang juga merasakan dinginnya penjara karena membela negara.

Berkat mereka juga tercetusnya Hari Kebangkitan Nasional yang diperingati setiap 20 Mei. Siapa sajakah mereka? Berikut ini para dokter yang menyandang pahlawan nasional

1. Wahidin Soedirohusodo

Dokter satu ini adalah lulusan STOVIA (School toot Opleiding voor Indische Artsen) Jakarta, yang senang bergaul dengan rakyat biasa. Ia pun kerap mengobati rakyat tanpa memungut biaya.

Karena itu, dr. Wahidin Soedirohusodo tahu penderitaan, terbelakang serta tertindasnya rakyat akibat penjajahan Belanda. Menurutnya, salah satu cara terbebas dari penjajahan adalah rakyat harus cerdas.

Dokter yang pandai menabuh gamelan serta mencintai seni suara ini pun sering mengunjungi tokoh masyarakat di Jawa untuk diajak mendirikan 'dana pelajar', yang rencananya dana tersebut akan dipakai untuk menolong pemuda cerdas tetapi tidak mampu melanjutkan sekolah. Sayangnya ajakan tersebut kurang mendapat sambutan.

Namun itu tidak membuat pria kelahiran Mlati, Sleman, Yogyakarta, 7 Januari 1852 ini putus asa. Ia pun pergi ke Jakarta untuk mengunjungi para pelajar STOVIA untuk mengungkapkan gagasannya tersebut.

Gagasan untuk mendirikan organisasi yang bertujuan memajukan pendidikan dan meninggikan martabat bangsa dari putra keturunan Bugis-Makkasar ini pun disambut baik. Pada 20 Mei 1908, terbentuklah organisasi Budi Utomo, yang kini diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional.

Meski tidak termasuk pendiri Budi Utomo, namun namanya selalu dikaitkan dengan organisasi tersebut sebab dialah penggagas berdirinya organisasi para pelajar STOVIA Jakarta.

Dokter Wahidin Soedirohusodo juga mendirikan majalah Retna Doemilah (1904) yang artinya penerangan. Ia ingin menyampaikan kepada rakyat pentingnya arti pengajaran. Wahidin juga menerbitkan majalah Guru Desa yang berisikan pentingnya kesehatan sebagai lawan terhadap kepercayaan kepada dukun dan tahayul pada waktu itu.

Pada 26 Mei 1917, dr. Wahidin Soedirohusodo pun wafat diusia 65 tahun, dan dimakamkan di Desa Mlati, Yogyakarta.

SEMANGAT TERUS"

Semoga dengan pertanyaan yang sudah terjawab oleh believeorahuzend dapat membantu memudahkan mengerjakan soal, tugas dan PR sekolah kalian.

Apabila terdapat kesalahan dalam mengerjakan soal, silahkan koreksi jawaban dengan mengirimkan email ke yomemimo.com melalui halaman Contact

Last Update: Tue, 08 Feb 22