Jawaban:

Pernyataan "santri selalu menggunakan sarung" dapat dianalisis menggunakan teori pembentukan identitas secara umum. Teori pembentukan identitas menyatakan bahwa identitas seseorang terbentuk melalui proses sosialisasi yang dilakukan oleh lingkungan sekitarnya, seperti keluarga, teman, dan masyarakat. Identitas individu dapat terbentuk melalui tiga tahapan, yaitu identifikasi, diferensiasi, dan sintesis.

Dalam kasus ini, identitas santri terbentuk melalui pengaruh lingkungan pesantren yang di dalamnya sarung merupakan salah satu atribut atau simbol keislaman yang dianggap penting. Santri diasumsikan selalu menggunakan sarung sebagai bagian dari proses sosialisasi keagamaan yang mereka jalani selama berada di pesantren. Penggunaan sarung oleh santri juga dapat menjadi simbol identitas keagamaan mereka yang membedakan mereka dari kelompok lain di masyarakat.

Namun, perlu diperhatikan bahwa tidak semua santri selalu menggunakan sarung. Terdapat variasi dalam penggunaan sarung di kalangan santri, tergantung pada kebijakan dan budaya pesantren masing-masing. Ada pesantren yang mewajibkan santrinya untuk selalu menggunakan sarung, namun ada juga pesantren yang memberikan kebebasan kepada santrinya untuk memilih pakaian yang nyaman dan sesuai dengan budaya pesantren tersebut.

Dalam kesimpulannya, penggunaan sarung oleh santri merupakan salah satu faktor yang membentuk identitas keagamaan mereka yang dipengaruhi oleh lingkungan pesantren. Namun, perlu diperhatikan bahwa tidak semua santri selalu menggunakan sarung dan penggunaan sarung tidak dapat dijadikan sebagai satu-satunya indikator identitas keagamaan santri.