Jawab:

Matematika disebut ilmu deduktif karena berdasarkan pada pemikiran deduktif atau penalaran dari premis atau asumsi yang benar untuk mendapatkan kesimpulan yang juga benar. Dalam matematika, teorema dan aksioma dijadikan sebagai premis atau asumsi yang benar dan benar-benar terbukti, sehingga kesimpulan yang diperoleh dari penalaran deduktif dalam matematika dianggap benar dan pasti.

Dalam pembelajaran matematika di SD, teori-teori belajar matematika juga berkaitan dengan hakikat matematika sebagai ilmu deduktif. Teori-teori belajar matematika, seperti konstruktivisme, behaviorisme, dan kognitivisme, dapat membantu mengembangkan pemahaman dan kemampuan berpikir deduktif siswa dalam memecahkan masalah matematika. Siswa diajak untuk memahami konsep-konsep matematika melalui pengalaman belajar yang bervariasi, seperti pengamatan, eksperimen, dan diskusi, sehingga dapat membantu siswa memahami konsep matematika secara lebih mendalam.

Selain itu, teori-teori belajar matematika juga membantu guru dalam proses mengajar dan pembelajaran. Guru dapat menggunakan pendekatan yang berbeda-beda sesuai dengan teori belajar yang dianutnya untuk membantu siswa memahami konsep matematika dengan lebih baik. Misalnya, guru yang menganut teori konstruktivisme dapat menggunakan pendekatan inquiry-based learning atau problem-based learning untuk memfasilitasi siswa dalam membangun pengetahuan matematika mereka sendiri melalui pengalaman belajar yang autentik.

Dengan demikian, hakikat matematika yang merupakan ilmu deduktif dan teori-teori belajar matematika memiliki kaitan yang erat dalam pembelajaran matematika di SD. Hal ini memberikan peluang untuk mengembangkan kemampuan berpikir deduktif siswa dan mengoptimalkan proses pembelajaran matematika di kelas.

Penjelasan dengan langkah-langkah: