Jawaban:

1. Hari itu, langit mendung dan hujan turun dengan lebatnya. Aku berdiri di depan jendela, menatap tetes-tetes air yang mengalir di kaca. Hatiku terasa berat, seakan-akan ikut menangis bersama hujan. Aku merindukan sosok ayah yang telah pergi meninggalkanku begitu cepat. Kehilangan yang begitu mendalam, membuatku terhanyut dalam kesedihan yang tak terucapkan.

2. Suara tangis ibu terdengar di ruangan sebelah. Aku berlari ke sana dan melihat ibu duduk di atas kursi, memegangi surat dari rumah sakit. Wajahnya pucat, matanya berkaca-kaca. Aku tahu ada sesuatu yang salah. Kata-kata dokter tadi menghancurkan dunia kami. Adikku, yang baru berusia tujuh tahun, didiagnosis menderita penyakit yang tak dapat disembuhkan. Air mataku tak tertahankan saat menyaksikan ibu berjuang untuk menyembunyikan kesedihannya di hadapanku.

3. Aku berjalan di koridor rumah sakit dengan hati yang remuk. Tubuhku terasa lemah dan tak berdaya. Kedua tanganku memegang tangan ibu yang terbaring di atas tempat tidur, tak berdaya oleh penyakit yang merajai tubuhnya. Suaranya lemah saat ia berbicara kepadaku, dan aku berusaha keras untuk memahami kata-katanya yang terdengar rapuh. Merasakan kehilangan yang akan datang, air mataku mengalir deras tanpa henti.

4. Pada malam itu, aku duduk sendirian di kamar gelapku. Pikiranku terombang-ambing oleh kenangan manis bersama sahabat baikku. Namun, sedihnya saat aku menyadari bahwa ia pergi selamanya. Kecelakaan tragis telah merenggut nyawanya dengan tiba-tiba. Aku merasa kekosongan yang dalam di hatiku, seolah-olah ada bagian dari diriku yang hilang bersamanya. Aku menangis sepanjang malam, merindukan kehangatan dan kegembiraan yang hanya ia bisa berikan.

5. Pernikahan kami harusnya menjadi momen yang penuh sukacita, tetapi takdir berkata lain. Di hari yang diharapkan penuh kebahagiaan, kabar duka datang menghancurkan. Suami tercintaku, cinta sejatiku, pergi dengan tiba-tiba dalam kecelakaan mobil yang tragis. Saat aku mendengar berita itu, dunia ku runtuh. Aku merasa kesepian dan terisolasi dalam kepedihan yang tak terhingga. Setiap hari, aku terbangun dengan hati yang hancur dan mencoba menghadapi kenyataan bahwa ia tak akan pernah kembali lagi.

CERITA INI HANYA FIKTIF BELAKA