Prediksi badak untuk 20 tahun mendatang adalah akan ada lebih dari 100 badak jika kematian per tahunnya hanya 2 dan tingkat perkawinan badak semakin bagus dan menghasilkan anak badak. perkembangan badak juga akan lebih meningkat jika tidak terjadi lagi pemburuan ilegal yang membuat badak di Jawa menjadi lebih sedikit ataupun semakin sedikit. sehingga pemburuan juga menunjang tingginya perkembang biakan badak dan sebaiknya hutan dilindungi dan tidak dimasuki oleh manusia agar badak dan hewan lainnya bisa berkembang biak bagaimana layaknya hutan karena jika ada gangguan lain seperti manusia yang masuk ke dalam hutan banyak hewan terutama badak yang akan mengalami penurunan perkembangbiakan apalagi jika terjadi perburuan.

Pembahasan :

Badak Jawa (Rhinoceros sondaicus), juga dikenal sebagai badak Sunda atau badak bercula kecil, adalah anggota famili Rhinocerotidae dan merupakan salah satu dari lima spesies badak yang masih ada. Badak India yang termasuk dalam genus yang sama, memiliki kulit seperti mozaik seperti baju besi dan menyerupai badak Jawa. Badak Jawa memiliki panjang tubuh 3,1 hingga 3,2 m dan tinggi 1,4 hingga 1,7 m. Cula badak jawa adalah yang terkecil dari spesies badak lainnya, dan badak jawa betina tidak memiliki cula sama sekali.

Badak Jawa adalah salah satu badak yang tersebar luas di Asia yang pernah mendiami Asia Tenggara, India dan Cina. Saat ini, badak jawa terancam punah karena populasi liarnya yang rendah dan kurangnya kebun binatang. Badak Jawa mungkin adalah mamalia paling langka di planet ini. Taman Nasional Ujung Klong di Banten, Indonesia, adalah rumah bagi 50 hingga 60 Badak Jawa. Populasi Badak Jawa di Taman Nasional Cat Tien Vietnam dinyatakan punah pada tahun 2011. Menurunnya populasi badak jawa dapat disebabkan terutama karena perburuan culanya. Tanduk ini dianggap berharga dalam jamu tradisional dan bisa berharga US$30.000 per kilogram di pasar gelap.

Penurunan populasi badak ini juga disebabkan terutama oleh hilangnya habitat akibat perang seperti Perang Vietnam di Asia Tenggara. Hal ini juga menghambat penurunan dan pemulihan populasi badak jawa. Meski kawasan yang tersisa hanya berada di dua kawasan lindung, badak Jawa tetap berisiko diburu, rentan terhadap penyakit, dan telah mengurangi keragaman genetik, sehingga tidak dapat berkembang biak. WWF Indonesia sedang mengembangkan badak jawa kedua. Jika terjadi tsunami, letusan gunung Krakatau, gempa bumi atau penyakit atau bencana alam lainnya, populasi badak jawa akan segera hilang. Selain itu, populasi berada di bawah tekanan yang meningkat karena agresi langka (Arenga) dan persaingan untuk ruang dan sumber daya dengan Banten.

Daerah teraman dan relatif dekat adalah Taman Nasional Harimun di Gunung Salak di Jawa Barat, yang pernah menjadi habitat badak jawa. Badak Jawa dapat hidup di alam bebas selama 30-45 tahun. Badak ini hidup di hutan hujan dataran rendah, padang rumput basah, dan dataran banjir besar. Badak Jawa sebagian besar tenang kecuali untuk kenalan dan periode pengasuhan, tetapi kelompok dapat berkumpul di dekat genangan air dan tambang. Badak dewasa tidak memiliki predator sebagai musuh. Badak Jawa biasanya menghindari manusia, tetapi menyerang manusia jika diganggu. Peneliti dan konservasionis jarang mempelajari hewan secara langsung karena kelangkaan dan bahaya mengganggu spesies yang terancam punah. Peneliti menggunakan kamera dan sampel tinja untuk mengukur kesehatan dan perilaku. Badak jawa belum banyak diteliti seperti spesies badak lainnya.

maaf kalau salah