1.Setelah membaca cerpen-cerpen Indira, Pak Iwan memberi sejumlah catatan. Ia memberikan masukan mengenai judul,logika,pemakaian kata yang tepat, bahkan hal-hal yang dianggap kecil, seperti tanda baca.Indira tidak pernah angkat tangan. Tanpa putus asa, Indira terus berlatih, menggali kreativitas, membuat karya baru, dan tidak bosan mengirimkannya ke surat kabar di ibu kota provinsi. Kerja kerasnya membuahkan hasil. Salah satu cerpennya akhirnya dimuat. Buatlah naskah drama dari teks cerpen tersebut dengan memperhatikan penulisan ejaan...2.Sebelum saya mengakhiri pidato yang bertanjuk “ menyeimbangkan pendidikan iptek dengan agama” ini, saya ingin berpesan kepada hadirin, yaitu tanamkan keyakinan kepada mereka bahwa hanya melalui pendidikan umum dan pendidikan agama yang selaras dan seimbang, insyaallah hidup manusia akan selamat, bahagia, dan sejahtera di dunia dan akhirat. Kalimat yang tepat untuk melengkapi bagian rumpang teks pidato tersebut adalah...

3.Rawe takut dan mempercepat langkahnya saat melewati kumpulan pria yang menatapnya aneh dari tempat mereka. Rawe tahu, keempat putra kembar bangsawan bertubuh kekar itu tak menyukai dan juga bapaknya. Bahkan boleh dikatakan, seluruh penduduk desa tak ada yang menyukai mereka berdua. Wanita berusia akhir dua puluh itu menduga bahwa penduduk desa merasa iri dengan keberhasilan bapaknya sebagai petani kacang tanah dan pedagang sarung tenun di usianya yang sudah senja. Itu adalah anggapan otak kecilnya selama bertahun-tahun. Lambat laun, Rawe paham dengan sendirinya. Penduduk desa mungkin pernah iri pada mereka. Iri pada baju-baju dan sarung-sarung sutra yang dikenakannya. Tetapi bukan itu alasan membencinya. Tentukan dua watak yang bertentangan dalam teks cerpen tersebut...
​