Berikut ini adalah pertanyaan dari chaeria pada mata pelajaran Ekonomi untuk jenjang Sekolah Menengah Atas
Apakah yang harus diperhatikan investor pada saat akan membeli saham
Jawaban dan Penjelasan
Berikut ini adalah pilihan jawaban terbaik dari pertanyaan diatas.
2 Hal Dasar yang Perlu Diketahui Sebelum Membeli Saham
Dalam dunia investasi, tak ada batasan pengetahuan yang dapat dipelajari seseorang untuk membantu dirinya agar menjadi investor yang lebih baik. Dalam kondisi pasar keuangan yang berevolusi secara konstan, investor baru mungkin akan langsung kabur jika harus segera mempelajari berbagai pengetahuan investasi dalam tempo singkat.
Untunglah, ada beberapa prinsip-prinsip berinvestasi yang tak pernah berubah. Apa yang digunakan oleh para investor legenda, seperti Benjamin Graham, Peter Lynch dan Warren Buffett di masa lalu, masih bisa kita gunakan pada saat ini.
Jika Anda investor baru, ada 6 terminologi investasi yang dapat membantu berinvestasi.
1. Price-To-Earnings Ratio
Paling pertama yang paling diperhatikan oleh banyaki investor adalah Price-To-Earnings ratio, atau lebih dikenal dengan P/E ratio. P/E ratio mengacu pada seberapa banyak yang Anda bayar untuk membeli saham dari setiap $1 yang dapat dihasilkan. Misalnya, P/E ratio sebesar 10 kali, berarti investor perlu membayar sebesar $10 untuk setiap $1 yang dihasilkan perusahaan.
P/E ratio cukup penting karena membantu untuk mengukur seberapa mahal atau murahnya suatu perusahaan jika dibandingkan dengan perusahaan lain di sektor yang sama.
Contoh, berdasarkan harga ketika tulisan ini dibuat, P/E ratio tiga perusahaan telekomunikasi di Singapura berkisar 13,2 hingga 15,9. M1 mempunyai P/E rasio terendah sebesar 13,2, dan SingTel tertinggi sebesar 15,9. Itu berarti investor membayar sekitar $2,70 lebih mahal untuk saham SingTel jika dibandingkan dengan saham M1 untuk setiap dolar yang dihasilkan.
Semakin rendah P/E rasio, semakin murah biaya untuk memiliki saham itu. Pada saat yang sama, perlu untuk mempertanyakan mengapa saham-saham tersebut bisa lebih murah dibanding kelompoknya dalam industri. Apakah perusahaan yang mengambil lebih banyak utang untuk menghasilkan pendapatan, membuatnya menjadi lebih berisiko? Atau mungkin perusahaan pada akhir tahun menghasilkan keuntungan yang tinggi, menyebabkan P/E yang sangat rendah yang pada akhirnya akan kembali meningkat pada tahun-tahun sesudahnya. Semua pertanyaan itu, bahkan investor baru, perlu mempertanyakannya.
2. Price-To-Book Ratio
P/E ratio mempunyai keterbatasan karena hanya dapat digunakan untuk perusahaan yang menghasilkan keuntungan. Pada saat bersamaan, hanya karena perusahaan tidak memnghasilkan keuntungan pada selama satu tahun, bukan berarti tiba-tiba menjadi tidak berharga. Aset yang dimiliki perusahaan dalam neracanya, mempunyai nilai yang nyata (tangible).
Price-To-Book ratio, juga dikenal dengan P/B ratio, digunakan untuk mengukur nilai pasar (misal, harga saham) perusahaan terhadap nilai bukunya (misal, aset yang dimiliki minus kewajiban). P/B ratio 1, berarti nilai pasar perusahaan tersebut sama dengan nilai bukunya.
P/B ratio yang lebih besar dari 1, berarti nilai pasar perusahaan tersebut lebih besar dari nilai bukunya. Misalnya, perusahaan bisa bernilai $200 juta meskipun asetnya hanya bernilai $100 juta. P/B ratio kurang dari 1, berarti nilai pasar perusahaan lebih rendah ketimbang nilai bukunya. Misalnya, nilai pasar perusahaan mungkin $100 juta meskipun nilai buku asetnya mencapai $150.
Berdasarkan riset yang dilakukan terhadap perusahaan real estate, adalah lumrah untuk mendapatkan perusahaan yang mempunyai P/B ratio kurang dari 1. Ini terjadi karena perusahaan real estate cenderung sedikit menahan aset dalam bukunya dalam bentuk properti yang mereka miliki dan belum akan dijual.
Salah satu cara untuk memhami perbedaan antara P/E dan P/B ratio adalah dengan menganggap P/E ratio sebagai gaji dari perusahaan dan P/B ratio sebagai properti yang dimiliki. Beberapa orang mungkin mempunyai gaji tinggi tapi hanya sedikit aset. Orang lain mungkin mempunyai banyak aset tapi hanya sedikit penghasilan.
Dalam dunia investasi, tak ada batasan pengetahuan yang dapat dipelajari seseorang untuk membantu dirinya agar menjadi investor yang lebih baik. Dalam kondisi pasar keuangan yang berevolusi secara konstan, investor baru mungkin akan langsung kabur jika harus segera mempelajari berbagai pengetahuan investasi dalam tempo singkat.
Untunglah, ada beberapa prinsip-prinsip berinvestasi yang tak pernah berubah. Apa yang digunakan oleh para investor legenda, seperti Benjamin Graham, Peter Lynch dan Warren Buffett di masa lalu, masih bisa kita gunakan pada saat ini.
Jika Anda investor baru, ada 6 terminologi investasi yang dapat membantu berinvestasi.
1. Price-To-Earnings Ratio
Paling pertama yang paling diperhatikan oleh banyaki investor adalah Price-To-Earnings ratio, atau lebih dikenal dengan P/E ratio. P/E ratio mengacu pada seberapa banyak yang Anda bayar untuk membeli saham dari setiap $1 yang dapat dihasilkan. Misalnya, P/E ratio sebesar 10 kali, berarti investor perlu membayar sebesar $10 untuk setiap $1 yang dihasilkan perusahaan.
P/E ratio cukup penting karena membantu untuk mengukur seberapa mahal atau murahnya suatu perusahaan jika dibandingkan dengan perusahaan lain di sektor yang sama.
Contoh, berdasarkan harga ketika tulisan ini dibuat, P/E ratio tiga perusahaan telekomunikasi di Singapura berkisar 13,2 hingga 15,9. M1 mempunyai P/E rasio terendah sebesar 13,2, dan SingTel tertinggi sebesar 15,9. Itu berarti investor membayar sekitar $2,70 lebih mahal untuk saham SingTel jika dibandingkan dengan saham M1 untuk setiap dolar yang dihasilkan.
Semakin rendah P/E rasio, semakin murah biaya untuk memiliki saham itu. Pada saat yang sama, perlu untuk mempertanyakan mengapa saham-saham tersebut bisa lebih murah dibanding kelompoknya dalam industri. Apakah perusahaan yang mengambil lebih banyak utang untuk menghasilkan pendapatan, membuatnya menjadi lebih berisiko? Atau mungkin perusahaan pada akhir tahun menghasilkan keuntungan yang tinggi, menyebabkan P/E yang sangat rendah yang pada akhirnya akan kembali meningkat pada tahun-tahun sesudahnya. Semua pertanyaan itu, bahkan investor baru, perlu mempertanyakannya.
2. Price-To-Book Ratio
P/E ratio mempunyai keterbatasan karena hanya dapat digunakan untuk perusahaan yang menghasilkan keuntungan. Pada saat bersamaan, hanya karena perusahaan tidak memnghasilkan keuntungan pada selama satu tahun, bukan berarti tiba-tiba menjadi tidak berharga. Aset yang dimiliki perusahaan dalam neracanya, mempunyai nilai yang nyata (tangible).
Price-To-Book ratio, juga dikenal dengan P/B ratio, digunakan untuk mengukur nilai pasar (misal, harga saham) perusahaan terhadap nilai bukunya (misal, aset yang dimiliki minus kewajiban). P/B ratio 1, berarti nilai pasar perusahaan tersebut sama dengan nilai bukunya.
P/B ratio yang lebih besar dari 1, berarti nilai pasar perusahaan tersebut lebih besar dari nilai bukunya. Misalnya, perusahaan bisa bernilai $200 juta meskipun asetnya hanya bernilai $100 juta. P/B ratio kurang dari 1, berarti nilai pasar perusahaan lebih rendah ketimbang nilai bukunya. Misalnya, nilai pasar perusahaan mungkin $100 juta meskipun nilai buku asetnya mencapai $150.
Berdasarkan riset yang dilakukan terhadap perusahaan real estate, adalah lumrah untuk mendapatkan perusahaan yang mempunyai P/B ratio kurang dari 1. Ini terjadi karena perusahaan real estate cenderung sedikit menahan aset dalam bukunya dalam bentuk properti yang mereka miliki dan belum akan dijual.
Salah satu cara untuk memhami perbedaan antara P/E dan P/B ratio adalah dengan menganggap P/E ratio sebagai gaji dari perusahaan dan P/B ratio sebagai properti yang dimiliki. Beberapa orang mungkin mempunyai gaji tinggi tapi hanya sedikit aset. Orang lain mungkin mempunyai banyak aset tapi hanya sedikit penghasilan.
Semoga dengan pertanyaan yang sudah terjawab oleh ayu3574 dapat membantu memudahkan mengerjakan soal, tugas dan PR sekolah kalian.
Apabila terdapat kesalahan dalam mengerjakan soal, silahkan koreksi jawaban dengan mengirimkan email ke yomemimo.com melalui halaman Contact
Last Update: Wed, 20 Jun 18