Berikut ini adalah pertanyaan dari elis14040 pada mata pelajaran B. Indonesia untuk jenjang Sekolah Menengah Atas
Aku Percaya Meskipun Mustahil Sikap berharap yang positif adalah tanda kesempurnaan sebuah kepribadian. ~Brian Tracy Aku dilahirkan dengan kelumpuhan karena cedera otak di Johanesburg, Afrika Selatan. Aku mengalami serangan epilepsiku yang pertama pada usia empat tahun. Selanjutnya, aku didiagnosis menderita epilepsi lokal. Di sana layanan 911 tidak ada, maka ibuku harus mengantarku sendiri ke rumah sakit sewaktu aku mengalami serangan epilepsi yang panjang atau back-to-back seizure. Kadang-kadang aku mengalami serangan dalam perjalanan pulang dari sekolah. Aku disekolahkan di sekolah untuk anak-anak cacat, tetapi kami pindah ke Amerika Serikat ketika usiaku sepuluh tahun. Aku harus menyesuaikan diri ketika aku dimasukkan ke sebuah sekolah biasa dan masih harus mengikuti pelajaran khusus di tempat lain. Dengan cacat fisik, kesulitan belajar, dan sering kejang-kejang, membuatku merasa seperti anak yang tersisihkan. Semua orang tahu siapa anak-anak yang harus mengikuti "pelajaran khusus" maka di tempat bermain mereka memperolok kami. Mengapa mereka harus sejahat itu? Ketika aku remaja, meskipun belajar di sekolah biasa, aku masih diberi tahu yang tidak mampu kuperbuat. Spesialis saraf mengatakan bahwa aku mengalami kerusakan otak dan tidak akan mampu mengerjakan hal-hal yan analitis. Padahal aku ingin sekali menjadi konselor, tetapi katanya cita- citaku tidak akan terwujud. Dokter itu melibas cita-citaku. Ketika aku menceritakannya kepada ibuku, dia mengatakan bahwa dia ikut merasa kecewa, tetapi dokter adalah seorang ahli. Sewaktu lulus dari sekolah menengah pada 1994 aku mendaftarkan diri ke sebuah community college. Ada dua orang di sana yang mengubah lintasan hidupku. Salah seorang di antaranya adalah dosen pembimbingku yang berpendapat bahwa aku mahasiswa menakjubkan yang mengungkapkan pikiranku dengan bakat membangun hubungan-hubungan antarpribadi. Dia menganjurkan aku mengambil program Human Services di Western Washington University di Bellingham, Washington. Yang lain adalah teman laki-lakiku yang membantuku ketika mengerjakan PR matematika. Dia memikirkan sebuah cara untuk memahami masalah melalui pengamatanku dan dia juga menunjukkan keyakinannya yang besar pada kemampuanku. Dia sendiri mempunyai cacat mata, tetapi dia tidak pernah melepaskan mimpi- mimpinya. Sikapnya yang positif memberikan pengaruh yang besar padaku. Pada suatu waktu sekitar tahun 1997, aku merasakan hasrat dan gairah ini dalam diriku- sesuatu yang belum pernah kualami. Aku tahu dengan pasti apa yang kuinginkan dan aku bertekad tidak ada orang yang dapat menghentikanku- termasuk orang tuaku sendiri. Aku ingin menikah dengan pacarku yang istimewa dan kuliah di Western Washington University bersama-sama. Aku bermaksud mendaftar ke jurusan Human Services dan dia berminat pada ilmu komputer. Kami telah merencanakan bagaimana kami akan mencari beasiswa dan mendapatkan perumahan milik kampus. Sulit bagi orang tua untuk memahami bahwa aku dapat belajar di universitas dan menikah. Menurutku mereka terutama khawatir soal kesejahteranku, kenaifanku, dan kurangnya pengalamanku. Mereka tidak ingin aku menderita. Padahal aku sudah siap menderita, kalau perlu. Bagiku, itu bagian dari pendewasaan dan pencarian pengalaman. Lebih dari apa pun, aku ingin mendapatkan pendidikan dan pengalaman dengan kesempatan yang sama seperti yang dinikmati oleh banyak orang lain. Aku ingin tahu apa yang dapat kuperbuat di dunia yang mengatakan bahwa aku memiliki keterbatasan. Aku menolak menyerah karena keterbatasanku sendiri. Selain menyelesaikan program strata satu di Human Services, aku melangkah lebih jauh dengan meraih gelar master dalam Psikologi! Selama kuliah aku menjadi anggota dua organisasi yang disegani dan memenangkan beasiswa yang mencakup biaya kuliah. Aku menyerap semua ilmu yang tersedia bagiku. Aku haus belajar dan bergaul dengan sesama mahasiswa. Sungguh menakjubkan. Itu juga salah satu pengalaman yang paling sulit dalam hidupku.
Jawaban dan Penjelasan
Berikut ini adalah pilihan jawaban terbaik dari pertanyaan diatas.
dan aku bertekad tidak ada orang yang dapat menghentikanku- termasuk orang tuaku sendiri. Aku ingin menikah dengan pacarku yang istimewa dan kuliah di Western Washington University bersama-sama. Aku bermaksud mendaftar ke jurusan Human Services dan dia berminat pada ilmu komputer. Kami telah merencanakan bagaimana kami akan mencari beasiswa dan mendapatkan perumahan milik kampus. Sulit bagi orang tua untuk memahami bahwa aku dapat belajar di universitas dan menikah. Menurutku mereka terutama khawatir soal kesejahteranku, kenaifanku, dan kurangnya pengalamanku. Mereka tidak ingin aku menderita. Padahal aku sudah siap menderita, kalau perlu. Bagiku, itu bagian dari pendewasaan dan pencarian pengalaman. Lebih dari apa pun, aku ingin mendapatkan pendidikan dan pengalaman dengan kesempatan yang sama seperti yang dinikmati oleh banyak orang lain. Aku ingin tahu apa yang dapat kuperbuat di dunia yang mengatakan bahwa aku memiliki keterbatasan. Aku menolak menyerah karena keterbatasanku sendiri. Selain menyelesaikan program strata satu di Human Services, aku melangkah lebih jauh dengan meraih gelar master dalam Psikologi! Selama kuliah aku menjadi anggota dua organisasi yang disegani dan memenangkan beasiswa yang mencakup biaya kuliah. Aku menyerap semua ilmu yang tersedia bagiku. Aku
Semoga dengan pertanyaan yang sudah terjawab oleh Anissahasna dapat membantu memudahkan mengerjakan soal, tugas dan PR sekolah kalian.
Apabila terdapat kesalahan dalam mengerjakan soal, silahkan koreksi jawaban dengan mengirimkan email ke yomemimo.com melalui halaman Contact
Last Update: Sat, 29 Apr 23