BUATLAH CERPEN TENTANG HARI IBU​

Berikut ini adalah pertanyaan dari febrygalih24 pada mata pelajaran B. Indonesia untuk jenjang Sekolah Menengah Pertama

BUATLAH CERPEN TENTANG HARI IBU​

Jawaban dan Penjelasan

Berikut ini adalah pilihan jawaban terbaik dari pertanyaan diatas.

Ibu adalah sosok manusia yang sangat kuat, bahkan kadang melebihi kuatnya ayah. Itu yang aku rasakan pada ibuku. Beban seberat apapun mampu ia pikul sendiri, apalagi semenjak kepergian ayah beberapa tahun lalu. Satu orang di pundak saja sudah berat, apalagi ibu menanggung beban 3 anak sekaligus.

  • Aku dan kedua adikku melihat dengan mata sendiri betapa tanggung malaikat itu. “Sini aku bantu bu…” ucap adikku suatu hari melihat ibu sedang menggendong satu keranjang penuh pakaian untuk dijemur. Ia hanya tersenyum melihat adikku yang membantunya.

  • Ibu sama sekali tidak pernah mengeluh padahal kami tahu ibu sangat letih, pusing, bingung dan mungkin juga takut membesarkan anak-anaknya sendiri. Sama sekali tak pernah terlihat ia lemah, kecuali melalui tatap matanya yang bening.

  • “Nak, kamu sudah mulai besar, bantu ibu cari uang ya, kasihan adik-adik kamu masih sekolah”, ucapnya suatu malam.

  • “Iya bu… aku pasti akan membantu ibu…” ucapku menahan pilu

Meski butuh bantuan, aku tahu bahwa Ibu sebenarnya tidak ingin meminta bantuan dariku. Jauh di matanya terlihat jelas bahwa ia hanya ingin mengajariku untuk mandiri, untuk membekali aku dengan keterampilan.

Sebagai malaikat, ibu selalu bisa menjadi pelindung dan memberikan solusi atas semua masalah yang kami harapi. Menjadi tempat mengadu, menjadi tempat melampiaskan sumpah serapah, ibu adalah segala-galanya bagi kami.

  • “Kak, kasihan ibu, sekarang ibu sudah tak sekuat dulu…”

  • “Iya benar… makanya kamu yang rajin belajar, sudah tidak perlu terlalu banyak main”

  • “Iya kak, tapi aku ingin membantu ibu jualan…”

  • “Tidak usah, biar kakak saja, kamu belajar saja yang rajin. Lagi pula sebentar lagi kakak lulus kuliah, mudah-mudahan kakak bisa segera mencari uang untuk kebutuhan kita…”

  • “Iya kak kalau begitu…”

  • “Ya sudah, sana kamu jaga adikmu, ajak dia bermain sambil belajar…”

  • “Baik kak….”

Sebagai seorang anak, kami merasakan benar bagaimana perih dan pahit yang ibu rasakan. Bayangkan saja, tiga anak yang masih sekolah, satu di perguruan tinggi, di sma dan smp. Tapi dialah malaikat kami, yang bahkan sampai mulai renta seperti saat ini ia terus berjuang dan berkorban.

Bukan hanya memenuhi kebutuhan kami, tapi juga mendidik dan memberikan tauladan. Ibu dengan sabar dan pandai selalu memberikan contoh yang baik hingga kami bertiga tidak cengeng seperti anak lain.

Aku sebagai anak tertua sudah tidak takut letih, bahkan sampai malam aku terus membantu ibu membuka warung makan. Di kampus aku juga tidak kalah dengan yang lain, sering mendapatkan nilai terbaik, bahkan sudah ditawari untuk bekerja di perusahaan ternama.

Adikku yang masih SMA pun cukup mandiri, ia tidak pernah berontak dan meminta sesuatu yang tidak berguna. Padahal anak seumur dia, apalagi cowok, biasanya banyak tingkah tetapi dia tidak. Ia bahkan dengan setia membantu ibu mencuci piring, bahkan menyapu lantai.

Si bungsu pun dari kecil sudah mandiri, hanya saja ia sedikit manja, terutama kepada kakak-kakaknya. Tapi begitulah, kami semua mendapatkan pendidikan yang sangat baik dari sang malaikat.

Kini masa kejayaan ibu sudah mulai surut, langkahnya kian tertatih. Kulitnya kini sudah mulai keriput, bahkan pendengarannya pun mulai berkurang. Sakit dan perih sebenarnya melihat sang malaikat renta-ku itu.

Waktu berlalu, aku kini sudah bekerja, aku ingin segera menikah agar tak jadi beban pikiran lagi. Tapi ibu bersikeras, ia tidak memaksaku menikah meski ia sadar benar usianya sudah tak lama, “biarlah nak, tidak usah dipaksakan, kalau jodoh kamu sudah datang ibu akan ikhlas, tapi sekarang kami tidak akan pernah menjadi beban ibu.

Tapi kami sepakat, ibu harus istirahat, mengurangi semua aktivitas. Akhirnya, aku meminta adikku untuk lebih banyak meluangkan waktu mengurus warung makan, sementara si bungsu aku tugaskan untuk lebih sering bersama ibu.

Segala kebutuhan hidup kini aku yang menanggung dari hasil kerja di kantor, sehingga ibu sudah bisa sedikit tenang dan tak takut kurang uang. Aku dan kedua adikku bertekad dan berjanji untuk memberikan yang terbaik bagi masa tua malaikat kami itu. Dan kini, senyuman malaikat renta itu selalu menghiasi kehidupan keluarga kami.

semoga membantu

Semoga dengan pertanyaan yang sudah terjawab oleh MasterBrainlyDragon dapat membantu memudahkan mengerjakan soal, tugas dan PR sekolah kalian.

Apabila terdapat kesalahan dalam mengerjakan soal, silahkan koreksi jawaban dengan mengirimkan email ke yomemimo.com melalui halaman Contact

Last Update: Wed, 09 Mar 22