Kisah nabi nuh as ketika mengajak putranya, kan`an naik ke

Berikut ini adalah pertanyaan dari yorustar5825 pada mata pelajaran IPS untuk jenjang Sekolah Menengah Pertama

Kisah nabi nuh as ketika mengajak putranya, kan`an naik ke kapalnya.

Jawaban dan Penjelasan

Berikut ini adalah pilihan jawaban terbaik dari pertanyaan diatas.

Jawaban:

EZ

Penjelasan:

Di dalam kisah Nabi Nuh AS, ia diutus oleh Allah SWT untuk menyerukan tauhid kepada Bani Rasib, yang pada saat itu dikisahkan telah terjerumus ke dalam kesyirikan.

Bangsa ini hidup dengan menyembah berhala berupa patung-patung, yang mereka yakini akan memberikan mereka harta dan keberkahan.

Kaum Bani Rasib juga dikisahkan kerap melakukan kemungkaran dan kemaksiatan.

Pada awalnya, Bani Rasib adalah kaum yang beriman kepada Allah SWT. Di antara mereka ada lima laki-laki saleh yang jadi panutan dan sangat dihormati oleh penduduk di sana.

Kelima orang tersebut bernama Wadd, Suwaa', Yaghut, Yauq, dan Nasr.

Namun, saat suatu waktu ke limanya meninggal, orang-orang Bani Rasib ini merasa kehilangan, sehingga mereka berinisiatif membuatkan patung atau berhala.

Namun, semakin lama, perlakuan Bani Rasib ini malah semakin menyimpang pada ajaran Allah SWT, dan mereka menjadikan patung-patung tersebut sesembahan. Bahkan, hingga beberapa generasi, Bani Rasib telah kehilangan iman kepada Allah SWT.

Kesesatan Bani Rasib tersebut pun telah diperingati oleh Nabi Nuh AS, yang hidup di antara mereka untuk mengajak kembali beriman kepada Allah SWT.

Namun, ajakan Nabi Nuh AS tidak membuahkan hasil dan hanya sedikit pengikut Nabi Nuh AS pada saat itu. Bahkan Bani Rasib malah semakin tenggelam pada kesesatan dan kesombongan.

Pada saat Nabi Nuh AS mengajak orang-orang Bani Rasib untuk kembali ke jalan Allah SWT, Nabi Nuh malah mendapat hinaan dan dakwahnya dicemooh. Tantangan berdakwah Nabi Nuh AS pun kian hari kian berat.

Hingga akhirnya, Allah SWT memerintahkan Nabi Nuh AS untuk membuat bahtera atau kapal yang sangat besar untuk menghindarkan Nabi Nuh AS dan orang-orang Bani Rasib dari bencana hebat.

Peringatan Nabi Nuh justru dianggap permainan oleh Bani Rasib. Mereka menentang Nabi Nuh, “Hai Nuh, sesungguhnya kamu telah berbantah dengan kami. Kamu telah memperpanjang bantahanmu terhadap kami maka datangkanlah kepada kami azab yang kamu ancamkan kepada kami jika kamu termasuk orang-orang yang benar.”

Nuh kemudian menjawab, “Hanyalah Allah yang akan mendatangkan azab itu kepadamu jika Dia menghendaki, dan kamu sekali-kali tidak dapat melepaskan diri.”

Usai menerima perintah Allah untuk membuat sebuah kapal, Nabi Nuh kemudian mengumpulkan para pengikutnya dan mereka mulai membuat kapal.

Namun, apa yang dilakukan oleh Nabi Nuh dan pengikutnya ternyata malah menjadi bahan ejekan dan cemoohan.

Nabi Nuh berkata kepada mereka yang mencemoohnya, “Jika sekarang kalian mengejekku dan orang-orang yang bersamaku, sebentar lagi kami akan mengejek kalian karena aku tahu siksaan dan kebinasaan yang bakal menimpa kalian sehingga kalian tahu siapa yang akan ditimpa siksaan yang menghinakan di dunia seperti siksaan yang kekal akan menimpa di akhirat.”

Bantera pun kemudian usai dibuat dan Nabi Nuh dan pengikutnya menyiapkan semua perbekalan.

Tak hanya itu saja, Allah juga memerintahkan Nabi Nuh untuk membawa berbagai hewan yang berpasangan, jantan, dan betina.

Pada saat semua perbelakan sudah siap, Nabi Nuh pun berkata kepada pengikutnya, “Naiklah ke dalam kapal dengan menyebut nama Allah di waktu berlayar dan berlabuh. Sesungguhnya, Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

Allah kemudian berfirman, “Maka Kami bukakan pintu-pintu langit dengan air yang tercurah. Kami jadikan bumi memancarkan beberapa mata air, lalu bertemulah air-air itu untuk suatu urusan yang sungguh telah ditetapkan.”

Tak lama, hujan pun turun selama empat puluh hari empat puluh malam yang kemudian membuat bencana banjir besar melanda seluruh kota dan desa.

Akibat bencana ini, jeritan dan tangisan manusia terdengar di mana-mana. Karena meluapnya air, mereka kemudian panik karena ke mana pun mereka berlari, air mengejar dan menenggelamkan mereka.

Pada saat itu, tak ada tempat berlindung dari banjir yang dahsyat itu, kecuali kapal Nabi Nuh yang telah terisi penuh orang Mukmin dan pasangan makhluk yang diselamatkan oleh Nabi Nuh atas perintah Allah.

Bani Rasib pun benar-benar telah hancur tersapu banjir yang maha dahsyat tersebut.

Namun, pada saat bencana besar ini, Nabi Nuh juga kehilangan anaknya yang bernama Kan’an. Anaknya tersebut bahkan telah ia perintahkan untuk segera menaiki kapal, bersama kerabat dan pengikutnya.

Namun, Kan'an malah menolaknya dan memilih mencari perlindungan ke gunung yan ia yakini mampu menyelamatkannya dari air bah.

Nabi Nuh begitu sedih dengan sikap keras kepala anaknya. Akhirnya, Kan’an pun tenggelam bersama Bani Rasib yang zalim. Mereka semua tewas tersapu banjir yang maha dahsyat tersebut.

Meskipun merasa sedih melihat Bani Rasib lainnya yang zalim telah tewas menjadi korban banjir besar, Allah memberi perintah kepada bumi dan langit agar berhenti melaksanakan tugasnya, “Hai bumi, telanlah airmu; dan hai langit (hujan), berhentilah."

Air kemudian surut, dan bahtera tersebut pun berlabuh di atas Bukit Judi dan memulai kehidupan yang baru

Semoga dengan pertanyaan yang sudah terjawab oleh pramudyadanis17 dapat membantu memudahkan mengerjakan soal, tugas dan PR sekolah kalian.

Apabila terdapat kesalahan dalam mengerjakan soal, silahkan koreksi jawaban dengan mengirimkan email ke yomemimo.com melalui halaman Contact

Last Update: Mon, 09 May 22