Selama masa penjajahan Belanda di Indonesia, terjadi praktik kerja paksa yang dikenal dengan nama "cultuurstelsel" atau sistem tanam paksa. Sistem ini diterapkan pada abad ke-19 dan digunakan untuk memaksa rakyat pribumi bekerja dalam proyek-proyek yang dijalankan oleh pemerintah kolonial Belanda, termasuk proyek pembangunan rel kereta api. Berikut adalah beberapa bentuk kerja paksa yang terjadi dalam proyek rel kereta api tersebut:

1. Perbudakan dan Penjajahan: Pemerintah kolonial Belanda memaksa rakyat pribumi, terutama petani, untuk bekerja dalam proyek rel kereta api secara paksa. Mereka dipaksa memberikan waktu dan tenaga mereka tanpa kompensasi yang layak.

2. Rendahnya Upah: Para pekerja pribumi yang terlibat dalam proyek rel kereta api sering kali diberikan upah yang sangat rendah atau bahkan tidak ada upah sama sekali. Mereka dipaksa bekerja tanpa mendapatkan imbalan yang memadai.

3. Kondisi Kerja yang Buruk: Pekerja pribumi sering kali ditempatkan dalam kondisi kerja yang buruk dan tidak manusiawi. Mereka harus bekerja dalam cuaca yang keras, lingkungan yang tidak sehat, dan terkadang tanpa akses yang memadai terhadap makanan, air, dan perawatan kesehatan.

4. Hukuman dan Penindasan: Pemerintah kolonial Belanda menggunakan hukuman dan penindasan sebagai cara untuk memaksa pekerja pribumi bekerja dalam proyek rel kereta api. Mereka yang menolak atau melanggar peraturan kerja sering kali dikenai hukuman fisik atau sanksi lainnya.

Bentuk kerja paksa dalam proyek rel kereta api ini merupakan salah satu contoh kekejaman dan eksploitasi yang dilakukan oleh pemerintah kolonial Belanda terhadap rakyat Indonesia pada masa penjajahan. Praktik kerja paksa ini telah memberikan dampak negatif yang besar terhadap kehidupan dan kesejahteraan masyarakat pribumi pada waktu itu.