Warga desa yang bekerja dengan pola berangkat kerja seperti arti kata terakhir dalam Quran surah al-Falaq ayat 1 dan kembali lagi ke desa sebagaimana arti kata kedua dalam Quran surah an-Naba ayat 10 dapat dikategorikan sebagai pekerja migran. Meskipun mereka berasal dari desa, namun pola kerja mereka mengharuskan mereka untuk berpindah-pindah tempat kerja dari desa ke kota atau sebaliknya, dengan jarak yang cukup jauh. Hal ini disebabkan oleh ketersediaan ruang kerja yang lebih banyak di kota daripada di desa.

Pekerja migran merupakan pekerja yang bekerja sementara waktu di tempat yang jauh dari tempat tinggal mereka, dengan tujuan untuk mencari nafkah. Mereka biasanya bekerja di sektor informal seperti konstruksi, perdagangan, jasa, atau sektor pertanian. Pekerja migran seringkali mengalami berbagai tantangan dalam bekerja, seperti minimnya perlindungan hukum, kesehatan, dan keselamatan kerja, serta minimnya jaminan sosial. Namun, mereka tetap memilih bekerja sebagai pekerja migran karena dianggap lebih menguntungkan dari segi penghasilan dan peluang kerja yang tersedia.

Sebagai negara yang memiliki banyak pekerja migran, Indonesia memiliki tugas untuk memberikan perlindungan yang memadai bagi para pekerja migran, termasuk juga bagi warga desa yang bekerja dengan pola berangkat kerja seperti arti kata terakhir dalam Quran surah al-Falaq ayat 1 dan kembali lagi ke desa sebagaimana arti kata kedua dalam Quran surah an-Naba ayat 10. Dalam hal ini, pemerintah dapat memberikan perlindungan melalui pemberian kebijakan yang memadai, peningkatan keterampilan dan kapasitas pekerja migran, serta kerja sama antarnegara untuk melindungi hak dan kesejahteraan para pekerja migran.