Peristiwa Rengasdengklok terjadi pada 16 Agustus 1945, yaitu ketika sekelompok pemuda Indonesia yang tergabung dalam Persatuan Perjuangan (PP) dan Barisan Pelopor (BP) melakukan penangkapan terhadap beberapa tokoh tua Indonesia yang memiliki keterkaitan dengan pemerintahan Hindia Belanda pada saat itu. Tokoh-tokoh tersebut adalah Soekarno, Mohammad Hatta, dan beberapa tokoh lainnya.

Latar belakang permasalahan golongan tua dan golongan muda pada peristiwa Rengasdengklok adalah karena adanya perbedaan pandangan dan pendapat terkait alternatif dalam mencapai kemerdekaan Indonesia. Golongan muda yang tergabung dalam Persatuan Perjuangan (PP) dan Barisan Pelopor (BP) memandang bahwa para tokoh tua telah terlalu lama terlibat dalam diplomasi dengan pemerintah Hindia Belanda dan kurang agresif dalam menuntut kemerdekaan. Sementara itu, golongan tua memandang bahwa diplomasi dan negosiasi merupakan cara yang lebih realistis dan efektif dalam mencapai kemerdekaan.

Peristiwa Rengasdengklok merupakan salah satu momen penting dalam sejarah Indonesia karena menunjukkan adanya perbedaan pandangan dan pendapat di antara para tokoh perjuangan kemerdekaan pada saat itu. Meskipun terjadi ketegangan antara golongan muda dan golongan tua, namun akhirnya mereka bersatu untuk meraih kemerdekaan Indonesia. Peristiwa ini kemudian dijadikan sebagai momen peringatan Hari Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus setiap tahunnya.