Masyarakat Indonesia pada masa praaksara, atau sebelum masyarakat mengenal tulisan atau sistem penulisan, memiliki ciri-ciri berikut ditinjau dari aspek budaya, ekonomi, pendidikan, dan politik:

Budaya:

a. Adat dan kepercayaan: Masyarakat pada masa praaksara memiliki adat dan kepercayaan yang kuat, terkait dengan sistem kepercayaan animisme dan dinamisme, yang melibatkan pemujaan terhadap roh nenek moyang, dewa-dewa, dan alam.

b. Seni dan kerajinan: Masyarakat praaksara memiliki seni dan kerajinan yang khas, seperti ukiran, anyaman, tembikar, dan seni lukis gua yang menjadi saksi peradaban masa itu.

c. Bahasa: Masyarakat praaksara menggunakan bahasa lisan sebagai alat komunikasi utama, dan belum mengenal tulisan atau sistem penulisan.

Ekonomi:

a. Subsisten: Masyarakat pada masa praaksara mengandalkan ekonomi subsisten, yang didasarkan pada hasil bumi dan sumber daya alam lokal untuk pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari.

b. Sistem barter: Sistem pertukaran atau barter menjadi cara utama dalam kegiatan ekonomi pada masa praaksara, di mana barang dan jasa ditukar langsung tanpa menggunakan uang atau mata uang.

Pendidikan:

a. Pendidikan informal: Pendidikan pada masa praaksara bersifat informal, di mana pengetahuan dan keterampilan diperoleh melalui pengalaman langsung, tradisi lisan, dan pewarisan dari generasi sebelumnya.

b. Pengetahuan lokal: Pendidikan pada masa praaksara lebih mengutamakan pengetahuan lokal, yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari, kearifan lokal, dan keterampilan bertahan hidup.

Politik:

a. Sistem kepemimpinan lokal: Pada masa praaksara, sistem politik cenderung berbasis pada kepemimpinan lokal, seperti kepala suku atau kepala desa, yang berperan dalam mengatur kehidupan masyarakat.

b. Keberagaman politik: Terdapat beragam bentuk sistem politik pada masa praaksara, tergantung pada wilayah dan kebudayaan masyarakat setempat, seperti sistem kerajaan, suku, atau konfederasi suku.

Namun, perlu diingat bahwa ciri-ciri masyarakat pada masa praaksara dapat bervariasi tergantung pada wilayah geografis, suku bangsa, dan kebudayaan yang ada pada saat itu. Sumber daya arkeologi dan antropologi menjadi penting untuk memahami lebih lanjut tentang karakteristik masyarakat pada masa praaksara di Indonesia.