Ceritakanlah biodata dari tokoh idola kalian secara ringkas, sertakan alasan

Berikut ini adalah pertanyaan dari kingzstudio1 pada mata pelajaran Wirausaha untuk jenjang Sekolah Menengah Atas

Ceritakanlah biodata dari tokoh idola kalian secara ringkas, sertakan alasan mengidolakan dan sifat-sifat yang dapat diteladani dari tokoh tersebut. Dapatkah sifat baik dari tokoh tersebut dapat diterapkan dalam kegiatan berwirausaha? Jelaskan alasannya secara ringkas, sertakan alasan mengidolakan dan sifat-sifat yang dapat diteladani dari tokoh tersebut. Dapatkah sifat baik dari tokoh tersebut dapat diterapkan dalam kegiatan berwirausaha? Jelaskan alasannya!

Jawaban dan Penjelasan

Berikut ini adalah pilihan jawaban terbaik dari pertanyaan diatas.

Jawaban:

Menceritakan Tokoh Idola

Orientasi

Dewi Sartika adalah putri dari pasangan priyayi Sunda yaitu Nyi Raden Rajapermas dan Raden Somanagara. Walaupun bertentangan dengan adat yang berlaku di masyarakat, kedua orang tuanya tetap menginginkan putrinya tersebut berpendidikan. Maka dari itu, ayahanda dan ibunda Dewi Sartika menyekolahkannya di Sakola Belanda.

Setelah ayahanda Dewi Sartika wafat, ia kemudia diasuh oleh sang paman yang juga menjabat sebagai patih Cicalengka. Dari sang paman inilah dirinya mendapatkan pengetahuan tentang kebudayaan tanah leluhurnya yaitu Sunda. Sementara itu, pengetahuan tentang kebudayaan barat ia terima dari seorang nyonya asisten residen Belanda.

Peristiwa dan Masalah

Sejak kecil, Dewi Sartika memang sudah tertarik dengan kegiatan edukasi. Sambil bermain bersama anak-anak pembantu kepatihan, Ia juga mengajarkan mereka berbagai pelajaran seperti membaca, menulis, berhitung hingga berbahasa Belanda.

Pada waktu itu, Dewi Sartika masih berusia 10 tahun dan tindakan yang dilakukannya sudah menghebohkan masyarakat Cicalengka. Hal ini dikarenakan pada waktu itu beberapa anak-anak Cicalengka sudah mampu membaca, menulis, dan berbahasa Belanda. Setelah beranjak remaja, Dewi Sartika kembali lagi ke rumah Ibunya di Bandung.

Saat usia nya beranjak dewasa Dewi Sartika semakin optimis untuk menggapai cita-citanya. Cita-citanya tersebut juga mendapat dukungan dari pamannya yang menjabat sebagai bupati Martanagara. Meski mendapat dukungan dari paman, bukan berarti membuat dirinya mudah dalam mewujudkan cita-cita. Hal ini dikarenakan adat istiadat waktu itu sangat mengekang kaum wanita.

Akhirnya pada tahun 1902 Dewi Sartika mampu meyakinkan pamannya untuk mendirikan sekolah di belakang rumahnya di Bandung. Dirinya mengajar beberapa anggota keluarga perempuan dengan materi merendam, memasak, menulis, dan menjahit. Pada Januari 1904 setelah berkonsultasi dengan bupati Martanagara Dewi Sartika akhirnya mendirikan Sakola Istri pertama se-Hindia Belanda.

Dalam melaksanakan kegiatan edukasi nya, Dewi Sartima dibantu oleh Nyi Poerwa dan Nyi Oewid. Pada waktu itu, murid di Sakola Istri terdiri dari 20 orang. Pada tahun 1905, sekolahnya menambah kelas sehingga dipindahkan ke Jalan Ciguriang Kebon Cau. Lokasi ini dibeli Dewi Sartika dengan uang tabungannya sendiri serta sumbangan dana dari Bupati.

Angkatan pertama Sakola Istri lulus pada tahun 1909. Pada tahun-tahun berikutnya, Sakola Istri mula banyak bermunculan di wilayah Pasundan dengan membawa semangat dan cita-cita Dewi Sartika. Kemudian, pada tahun 1912 sudah ada 9 Sakola Istri se-kabupaten Pasundan. Memasuki usia yang kesepuluh, sekolah ini berganti nama menjadi Sakola Keutamaan Istri.

Seluruh wilayah Pasundan telah memiliki Sakola Keutamaan Istri di setiap daerahnya pada tahun 1920. Tidak hanya di Pasundan, semangat Dewi Sartika juga menyeberang hingga Pulau Sumatera di mana Encik Rama Saleh juga mendirikan Sakola Keutamaan Istri di Bukit Tinggi. Sejak tahun 1929 atau tepat pada 25 tahun berdirinya sekolah ini Dewi Sartika kembali mengganti namanya.

Dewi Sartika mengganti nama sekolah ini menjadi “Sakola Raden Dewi”. Atas jasanya di bidang pendidikan, maka Pemerintah Hindia Belanda menganugerahi dirinya Bintang Jasa. Pada 11 September 1947, Dewi Sartika meninggal dunia. Ia dimakamkan di desa Rahayu, Cineam, Tasikmalaya. Tiga tahun kemudian, jasadnya dipindahkan ke kompleks pemakaman Bupati Bandung.

Reorientasi

Sebagai generasi muda, kita tentu tidak boleh melupakan jasa Dewi Sartika dalam memperjuangkan pendidikan begitu saja. Tidak hanya sekedar mengenang, semoga kita juga dapat meneladani dan terispirasi untuk melakukan hal yang sama dengan Dewi Sartika. Harapannya tentu saja agar wajah pendidikan Indonesia khususnya bagi kaum wanita lebih cerah. Tanpa adanya diskriminasi.

Semoga dengan pertanyaan yang sudah terjawab oleh chesterbennington240 dapat membantu memudahkan mengerjakan soal, tugas dan PR sekolah kalian.

Apabila terdapat kesalahan dalam mengerjakan soal, silahkan koreksi jawaban dengan mengirimkan email ke yomemimo.com melalui halaman Contact

Last Update: Wed, 24 Nov 21