Pluralitas sosial merupakan bentuk kemajemukkan kehidupan sosial di masyarakat. Khususnya

Berikut ini adalah pertanyaan dari ichsanrauuf pada mata pelajaran IPS untuk jenjang Sekolah Menengah Pertama

Pluralitas sosial merupakan bentuk kemajemukkan kehidupan sosial di masyarakat. Khususnya di Indonesia yang memiliki suku bangsa yang beragam. Namun, keberagaman tersebut ada kemungkinan untuk terjadinya konflik. Berikan dua contoh konflik yang pernah terjadi di Indonesia! (Sebutkan konflik antar apa dan apa, dan apa yang menjadi alasan kedua belah pihak konflik) * ​

Jawaban dan Penjelasan

Berikut ini adalah pilihan jawaban terbaik dari pertanyaan diatas.

Penjelasan:

Suatu konflik sosial bemuansa agama biasanya terjadi karena bertemunya empat

elemen utama dalam waktu yang bersamaan. Keempat elemen itu ialah facilitating

contexts (Kontekss pendukung ), core (roots) of conflict (akar konflik), fuse factors

(sumbu), dan triggering factors (pemicu). Sehingga di dalam masyarakat yang

pluralistik ini apabila empat elemen itu sudah menyatu maka dapat diibaratkan bagai

born waktu yang siap meledak dan akan terjadi kerawanan-kerawanan sosial yang

sewaktu-waktu akan berakhir dengan konflik

Yang dimaksud akar konflik disini berupa suatu tingkat penderitaan sosial (so-

cial deprivation) yang tidak dapat ditolerir lagi seperti dalam perebutan sumber-surnber

daya (resources) maupun kekuasaan (power). Seperti penguasaan sebagian besar lahan

tertentu atau penguasaanjabatan-jabatan publik tertentu di suatu daerah oleh kelompok

tertentu dan dalam kurun waktu yang berkepanjangan. Maka apabila kelompok yang

mendominasi dengan kelompok yang terdeprivasi itu kebetulan berasal dari kelompok

agama yang berbeda maka konflik yang terjadi bergerak menjadi konflik yang

bemuansa agama.

Ditengah-tengah pendukung konflik dan akar konflik terdapat sumbu konflik

(fuse factor). Tetapi tidak dengan sendirinya sumbu konflik ini akan menyala menjadi

konflik jika tidak disulut atau tersulut. Sumbu konflik ini bisa berupa sentimen suku,

ras, agama dan lain sebagainya.

Terakhir adalah pemicu konflik ( triggering factor ). Pemicu konflik yang

berperan sebagai suatu momentum dimana semua elemen di atas seperti pendukung

konflik, pemicu konflik dan sumbu konflik yang diakumulasikan untuk melahirkan

konflik sosial maupun konflik bemuansa keagamaan. Momentum ini bisa berasal

dari suatu permasalahan antar-individu mengenai suatu hal yang amat remeh seperti

pertengkaran mulut yang jauh dari akar konflik, tetapi berfungsi menjadi pembenar

bagi dimulainya suatu konflik yang berskala lebih besar.

Para ahli sosiologi mengatakan bahwa dampak suatu konflik tergantung pada

tataran apa akar kontlik itu berada dan terjadi. Jika akar konflik itu berada pada

tataran instrumental, biasanya konflik itu akibatnya tidak terlalu luas dan dapat segera

berhenti. Tetapijika akar konflik itu berada pada tataran ideologi, biasanya akibatnya

akan lebih besar bahkan mengerikan dan dapat berlangsung dalam waktu yang lama.

Dalam konflik agama pelaksanaannya bisa sangat destruktif (merusak) dan tidak

mengenal belas kasihan, karena pelakunya merasa melakukan hal itu bukan untuk

kepentingan diri mereka sendiri, melainkan untuk suatu tujuan abstrak yang dipandang

lebih tinggi dan mulia.

Dalam suatu konflik sosial bemuansa agama, Konteks pendukung konflik itu

dapat berupa pola pekerjaan atau pemukiman yang terpisah berdasarkan garis.

Maaf kalo Salah, semoga bermanfaat

Semoga dengan pertanyaan yang sudah terjawab oleh zwragaming dapat membantu memudahkan mengerjakan soal, tugas dan PR sekolah kalian.

Apabila terdapat kesalahan dalam mengerjakan soal, silahkan koreksi jawaban dengan mengirimkan email ke yomemimo.com melalui halaman Contact

Last Update: Tue, 01 Mar 22