1. Nama tradisi: Upacaya Kenduren

Peristiwa: Kenduren pada awalnya menggunakan doa-doa agama Hindu atau Budha. Setelah mengalami akulturasi, digantikan oleh doa-doa islam.

Maknanya: meminta kelancaran atas segala sesuatu yang dihajatkan dari sang penyelenggara yang mengundang orang-orang sekitar untuk datang yang dipimpin oleh orang yang dituakan atau orang yang memiliki keahlian dibidang tersebut.

2. Nama tradisi: Ruwatan

Peristiwa: Pasalnya, orang Jawa percaya, kalau anak tunggal dan anak-anak kelahiran tertentu harus diruwat untuk menghilangkan kesialan.

Makna: untuk meruwat atau menyucikan seseorang dari segala kesialan, nasib buruk, dan memberikan keselamatan dalam menjalani hidup.

3. Nama tradisi: Tedhak sinten

Peristiwa: Tedhak sinten dilakukan ketika seorang bayi berumur 8 bulan. Upacara ini dimulai saat si bayi sudah mulai belajar berjalan.

Makna: bertujuan untuk mengungkapkan rasa syukur karena Tuhan telah memberikan kesehatan dan kesempurnaan fisik pada anak-anaknya

4. Nama tradisi: Tingkeban

Peristiwa: Upacara tingkeban (mitoni) merupakan upacara adat Jawa yang dilakukan saat seorang wanita tengah hamil 7 bulan. Pada upacara ini, wanita tersebut akan dimandikan air kembang setaman diiringi panjatan doa dari sesepuh. Makna: Agar kehamilannya selamat hingga proses persalinannya nanti.

5. Nama tradisi: Kebo-keboan

Peristiwa: Ritual Tradisi yang diadakan setahun sekali pada tgl 10 Suro atau 10 Muharaam di desa Alasmalang, Singojuruh, Banyuwangi, yang berkaitan dengan budaya agraris khususnya siklus tanam padi.

Makna: Upacara ini adalah gabungan antara upacara minta hujan bila terjadi kemarau panjang atau rasa syukur, bila panen berhasil dengan baik.