Jalur Anyer-Parakan atau lebih dikenal dengan nama Jalan Raya Pos atau De Groote Postweg adalah jalan darat yang menyebar dari Anyer, Banten ke Panarukan, Jawa Timur, sepanjang sekitar 1.000 kilometer. Jalan tersebut merupakan sebuah proyek ambisius oleh Pemerintah Hindia Belanda yang membangunnya pada abad ke-19 untuk memfasilitasi transportasi dan komunikasi yang lebih cepat antara kedua ujung Pulau Jawa.

Pembangunan Jalan Raya Pos Anyer-Parakan menguntungkan Belanda dalam berbagai aspek seperti mengoptimalkan perdagangan hasil pertanian, meningkatkan pengawasan wilayah, mempermudah transportasi pasukan dan tentara, serta efektif dalam menyebarkan ideologi kolonialnya. Namun, pembangunan jalan tersebut juga memiliki dampak yang berbeda bagi bangsa Indonesia pada saat itu, yaitu:

1. Pemberontakan dan Kerugian Ekonomi: Pembangunan jalan tersebut mengharuskan penggunaan tenaga kerja paksa dan pengambilan tanah secara paksa untuk membangun jalan, sehingga mengakibatkan penderitaan dan kematian di antara para pekerja lokal dan masyarakat setempat. Selain itu, pembangunan jalan tersebut juga berdampak pada kerugian ekonomi lokal karena harga bahan makanan dan barang-barang lain turun akibat perdagangan yang menjadi lebih efisien.

2. Penyebaran Ideologi Kolonial: Pembangunan jalan tersebut memiliki tujuan untuk memudahkan penyebaran ideologi kolonial Belanda ke seluruh wilayah Jawa.

3. Kontribusi penting untuk Bangsa Indonesia: meskipun memiliki dampak negatif, jalan raya Anyer-Parakan tetap memberikan kontribusi yang penting bagi Bangsa Indonesia dalam hal mempermudah akses transportasi antar wilayah Jawa, memfasilitasi perdagangan, memperkenalkan inovasi teknologi dan peradaban, serta memperkuat unitas nasional pada masa kolonial Belanda.

Maka dapat disimpulkan bahwa jalan raya Anyer-Parakan membawa dampak yang berbeda bagi Bangsa Indonesia pada saat pembangunan tersebut berlangsung, namun secara keseluruhan jalan ini memiliki peran penting dalam perkembangan ekonomi, teknologi, perdagangan, dan integrasi nasional di pulau Jawa pada masa penjajahan Belanda.