Pada masa kolonialisme, Indonesia digarap oleh Belanda sebagai wilayah jajahan ekonomi. Belanda memanfaatkan sumber daya alam Indonesia, terutama pertanian dan perkebunan, untuk memperkayakan diri dan pemerintah Belanda. Pertanian dan perkebunan ini dikelola oleh perusahaan Belanda, yang sebagian besar mengabaikan kebutuhan masyarakat setempat. Hal ini menyebabkan perubahan dalam pola pertanian, di mana masyarakat setempat dipaksa untuk mengkonsentrasikan diri pada tanaman yang diinginkan oleh Belanda, seperti teh, kina, dan kopi, dan meninggalkan tanaman tradisional yang dibutuhkan oleh masyarakat setempat.

Selain itu, pemerintah kolonial juga mengubah struktur sosial masyarakat dengan menetapkan sistem pemerintahan yang berbeda untuk masyarakat asli dan masyarakat pribumi yang berasal dari Eropa. Hal ini menyebabkan ketidakadilan sosial dan ekonomi yang berdampak pada perbedaan tingkat hidup antara kedua kelompok masyarakat ini.

Pada masa pendudukan Jepang, situasi geografi Indonesia juga mengalami perubahan. Jepang memperluas kontrolnya ke seluruh wilayah Indonesia dan memaksa masyarakat setempat untuk bekerja dalam proyek-proyek pemerintah Jepang, seperti pembangunan jalan dan jembatan. Hal ini menyebabkan perubahan dalam pola migrasi penduduk, di mana banyak orang dipaksa untuk pindah dari daerah asalnya untuk bekerja di proyek-proyek pemerintah Jepang.

Selain itu, Jepang juga mengubah pola perekonomian Indonesia dengan mengkonsentrasikan pada pembangunan industri dan pertambangan, yang menyebabkan perubahan dalam pola penggunaan lahan dan perubahan dalam pola transportasi.