a. Cl dalam Ca(ClO3)2 memiliki bilangan oksidasi -1 karena oksigen memiliki bilangan oksidasi -2 dan kation Ca memiliki bilangan oksidasi +2. Oleh karena itu, bilangan oksidasi Cl dapat dihitung sebagai berikut:

2(-1) + x = 0

x = +2

Jadi, bilangan oksidasi Cl dalam Ca(ClO3)2 adalah +2.

b. C dalam H2C2O2 memiliki bilangan oksidasi yang bervariasi. Oksalat memiliki rumus molekul H2C2O4, tetapi dalam keadaan asam dapat kehilangan 2 proton untuk membentuk anion H2C2O4^-2 yang disebut oksalat. Dalam senyawa H2C2O2, oksalat kehilangan 2 elektron untuk membentuk oksalat asam (H2C2O2), sehingga setiap atom C memiliki bilangan oksidasi yang berbeda. Oleh karena itu, kita perlu menentukan bilangan oksidasi masing-masing atom C secara terpisah.

Pertama-tama, kita tahu bahwa atom H memiliki bilangan oksidasi +1 dalam senyawa ini. Oleh karena itu, kita dapat menentukan bilangan oksidasi C dengan menghitung jumlah total bilangan oksidasi atom-atom lain dalam senyawa ini dan mencocokkannya dengan muatan total senyawa.

Hidrogen memiliki bilangan oksidasi +1

Oksigen memiliki bilangan oksidasi -2

Kita tidak tahu bilangan oksidasi C

2(+1) + 2x + 2(-2) = 0

2x = 0

x = 0

Jadi, semua atom C dalam H2C2O2 memiliki bilangan oksidasi 0.

c. Cu dalam Cu(NO2)2 memiliki bilangan oksidasi +2 karena anion NO2 memiliki muatan total -2 dan terdiri dari dua atom oksigen dengan bilangan oksidasi -2. Oleh karena itu, bilangan oksidasi Cu dapat dihitung sebagai berikut:

2(+1) + 2x + 2(-2) = 0

2x = +2

x = +1

Jadi, bilangan oksidasi N dalam Cu(NO2)2 adalah +3.