Penjajahan Barat di Indonesia, termasuk Surabaya, telah memberikan pengaruh besar pada seni dan budaya setempat. Pengaruh ini dapat dilihat dari beberapa aspek, seperti gaya arsitektur bangunan, musik dan tari, serta tradisi makanan dan minuman.

Salah satu contoh pengaruh penjajahan Barat di Surabaya adalah dalam gaya arsitektur bangunan. Banyak gedung-gedung bergaya kolonial Eropa yang dibangun pada masa penjajahan Belanda masih berdiri hingga saat ini, seperti Gedung Grahadi dan Hotel Majapahit. Gaya arsitektur ini dipadukan dengan unsur-unsur lokal, menciptakan suatu bentuk seni yang unik dan khas.

Di bidang musik dan tari, pengaruh Barat juga sangat terasa. Musik jazz, rock, dan pop menjadi lebih populer di kalangan masyarakat Surabaya pada masa setelah kemerdekaan. Selain itu, tarian yang diadaptasi dari Barat seperti tari balet juga sering dipentaskan di kota ini.

Pengaruh penjajahan Barat juga terlihat dalam tradisi makanan dan minuman. Beberapa jenis makanan dan minuman seperti roti, kue, bir, dan kopi diperkenalkan oleh penjajah Belanda dan sekarang menjadi bagian dari kuliner khas Surabaya.

Namun demikian, meskipun banyak pengaruh dari Barat yang masuk ke dalam seni dan budaya Surabaya, masyarakat setempat tetap mempertahankan nilai-nilai budaya lokal mereka. Hal ini dapat dilihat dari perayaan-perayaan tradisional seperti Grebeg Sudiro, yang masih dilakukan hingga kini.