di mana daerah perlawanan terhadap penjajahan Spanyol​

Berikut ini adalah pertanyaan dari royyanramdoni9 pada mata pelajaran IPS untuk jenjang Sekolah Menengah Atas

Di mana daerah perlawanan terhadap penjajahan Spanyol​

Jawaban dan Penjelasan

Berikut ini adalah pilihan jawaban terbaik dari pertanyaan diatas.

Jawaban:

Minahasa

Penjelasan:

  1. Perang Pertama (1651). Oleh karena merasa kehadiran Spanyol di TM semakin mendominasi, maka mulailah muncul ekses konflik dengan OM, terutama perlakuan oknum-oknum militernya yang dinilai oleh tetuah adat Minahasa sudah melanggar kesepakatan, seperti melakukan pemaksaan, perampasan/perampokkan hasil pertanian penduduk setempat bahkan ditunjukkan dengan kelakua biadab seperti penganiayaan dan pemerkosaan terhadap perempuan (wewene) Minahasa.
  2. Perang Kedua (1654). Kedatangan Spanyol ke tanah Minahasa, disambut oleh para Ukung setempat, dengan syarat agar apa yang pernah dilakukan oleh orang-orang Spanyol waktu lalu tidak diulang kembali. Tapi, ternyata bangsa kastela ini tidak jera atas kekalahan yang pernah diderita pada tahun 1651. Kali ini yang memimpin Spanyol ke TM adalah Bartolomeo De Soisa langsung menduduki kampong Uwuran Amurang, dengan maksud untuk menguasai kembali produksi beras dan hasil bumi lainnya, terutama dari Tondanouw dan Pontak (lihat Supit 1986:31).
  3. Perlamanan Walak Tomohon. Sebagaimana juga yang terjadi di kawasan Tombulu/Tomohon.  Sebagai reaksi OM atas perlakuan biadab bangsa Spanyol ini, penduduk Tomohon yang dipimpin oleh Ukung-Ukung setempat melakukan aksi perlawanan, dan pecahlah  perang dahsyat dengan Spanyol dan berhasil memukul mundur keluar dari kawasan wilayah adat Walak Tombulu. Tapi, pasukan Spanyol berhasil menculik putri Ukung Tombulu yang bernama Tendenuata. Menyadari bahwa putrinya sudah diculik, segera ia memerintahkan waraney-waraney Tombulu untuk mengejar pasukan Spanyol terutama untuk mendapatkan kembali putrid kesayangannya. Hasil pengejaran berhasil membunuh beberapa perwira Spanyol dan mendapatkan kembali putri Ukung Tombulu dengan selamat.
  4. Perlawanan Walak Toulour. Spanyol yang berhasil masuk ke wilayah adat Walak Toulour dibuat murkah atas sikap Ukung setempat yang bernama Mononimbar. Terutama tidak mau menuruti perintah untuk mengumpul hasil tanaman padi dan diberikan kepada Spanyol, meskipun sudah dibayar. Melalui strategi licik orang-orang Kastela tersebut, yakni salah seorang bernama Pedro Alkasas berhasil memperdayai Mononimbar melalui minuman keras (whisky). Dalam keadaan mabuk Mononimbar ditangkap dan diikat pada sebatang pohon hingga tewas. Mendengar pemimpin walaknya sudah tewas, bangkitlah kemarahan orang-orang Tondano, kemudian dengan semangat berani mati, diperangilah orang-orang Kastela ini. Daya tempur dari pihak waraney Tondano yang cukup mematikan, berhasil membuat pasukan Spanyol mundur dan lari ke kawasan pantai timur Minahasa (Tondano Pante). Sejak saat itu, Spanyol kapok kembali ke Tondano.
  5. Perlawanan Walak Tonsea. Pasca kekalahan dari walak Tondano, ternyata pasukan Spanyol tetap bersikeras untuk menguasai Minahasa bagian utara, yakni walak Tonsea. Tepatnya di kawasan Sawangan. Bersama dengan pasukan dari Tidore berhasil membunuh seorang Walian yang sedang mengadakan upacara – ritual Poso. Beberapa perempuan berhasil ditangkap dan dijadikan budak. Kemudian bersama dengan pasukan Bolaang Mongondouw  dan ditambah dengan pasukan Tidore pasukan Spanyol mememerangi  walak Tonsea di pantai Kaburukan. Tapi, waraney-waraney Tonsea tidak gentar menghadapi jumlah pasukan Spanyol dalam jumlah yang banyak. Beberapa Teterusan (panglima perang), antara lain Rumopa Porong, Wenas, Dumanau, Lengkong, dan Wahani yang menjadi pemimpin perang, berhasil menghancurkan pasukan Spanyol. Dengan kata lain, pasukan Spanyol dan sekutunya mengalami kekalahan, dan dengan sisa-sisa pasukan yang masih hidup lari meninggalkan pantai Kaburukan.
  6. Perlawanan Walak-Walak Tonsawang, Tombasian dan Temboan di Amurang. Oleh karena jarak antara Filipina dan Minahasa relative dekat, maka pihak pasukan Spanyol yang sudah berkali-kali mengalami kekalahan dengan waraney-waraney Minahasa, tidak pernah surut nafsu kolonialismenya untuk kembali ke Tanah malesung Minahasa. Tepatnya, pada tahun 1664 mereka kembali berlabuh di Amurang lengkap dengan jumlah pasukan yang lebih banyak. Seperti tujuan semula, adalah untuk menguasai perdagangan hasil bumi dengan Minahasa, khususnya dari Pontak dan Tonsawang. Bagi orang Spanyol yang merasa sebagai perintis peradaban melalui misi keagamaan (Katolik), ternyata masih menunjukkan perangai kebiadaban terhadap kaum pribumi Minahasa. Kali ini waraney-waraney Minahasa yang dipimpin oleh panglima-panglima perang yang tangguh (Teterusan), antara lain Ukung Oki dan suaminya Londe, Lelengboto, Pongulu, Koba, Mororongan, Gandey, Pondolos, Ratumbanua, Karema Urei,. Otombuat, dan Tenden Wulan. Dan Teterusan-teterusan dari Tombasian dan Temboan adalah Rumokoy, Worotikan, Tumiwa, Raranta, Mamarimbing, Sangian + Wawu Kineke, Kendang Wulan, dan Lingkan Wene.

Dalam pertempuran melawan pasukan Spanyol, berlangsung sampai tahun 1665,  diperkirakan puluhan pasukan/perwira ditawan dan ratusan terbunuh, sisanya (termasuk beberapa Pastor) melarikan diri bersama armada laut yang dinakhodai oleh Bartholomeo de Sousa, menuju Filipina.

semoga membantu

Semoga dengan pertanyaan yang sudah terjawab oleh realasf dapat membantu memudahkan mengerjakan soal, tugas dan PR sekolah kalian.

Apabila terdapat kesalahan dalam mengerjakan soal, silahkan koreksi jawaban dengan mengirimkan email ke yomemimo.com melalui halaman Contact

Last Update: Tue, 11 May 21