Sultan Nuku adalah seorang pemimpin di wilayah Maluku pada abad ke-17, yang dikenal karena perjuangannya melawan penjajahan Belanda. Selama masa pemerintahannya, ia mengembangkan persatuan di antara berbagai suku di Maluku, yang pada akhirnya memunculkan sebuah entitas politik yang disebut dengan Kesultanan Ternate dan Tidore.

Namun, terdapat catatan sejarah yang menyebutkan bahwa Sultan Nuku juga memiliki hubungan yang kurang baik dengan daerah Papua. Pada saat itu, beberapa wilayah di Papua masih menjadi wilayah kekuasaan Kerajaan Tidore, yang merupakan sekutu Kesultanan Ternate di bawah kepemimpinan Sultan Nuku.

Sultan Nuku mencoba untuk menguasai wilayah Papua tersebut, tetapi terjadi perlawanan dari masyarakat Papua yang merasa tidak ingin dijajah oleh pihak manapun. Konflik ini pada akhirnya berakhir dengan terjadinya perselisihan antara Ternate dan Tidore, yang mengakibatkan terjadinya perpecahan di antara kedua kesultanan tersebut.

Dalam konteks hubungan persatuan Papua dengan daerah-daerah lain di Indonesia, peristiwa ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan dan konflik yang mungkin muncul di antara wilayah-wilayah di Indonesia yang memiliki latar belakang budaya dan sejarah yang berbeda. Namun, peristiwa ini juga menunjukkan bahwa terdapat upaya untuk menciptakan persatuan di antara berbagai wilayah di Indonesia, meskipun terdapat tantangan dan konflik yang harus dihadapi.