Berikut ini adalah pertanyaan dari saifulazzam896 pada mata pelajaran IPS untuk jenjang Sekolah Dasar
Jawaban dan Penjelasan
Berikut ini adalah pilihan jawaban terbaik dari pertanyaan diatas.
Jawaban:
Secara geografis, Desa Tenggeles sendiri berbatasan dengan Desa Hadipolo di sebelah Utara. Sebelah Timur berbatasan Desa Hadipolo dan sebelah Barat ada Desa Ngembalrejo. Untuk sebelah Selatan diapit Desa Hadiwarno dan Desa Golantepus.
Ihwal asal usul Desa Tenggeles yang merupakan kawasan Pantura, konon dahulunya merupakan lautan luas yang membentang, dengan hasil kekayaan laut yang melimpah. Sehingga banyak nelayan dari berbagai penjuru datang untuk mencari ikan di sini.
Suatu hari, melintaslah seorang pengembara sakti yang bernama Joyo Kusumo, beserta para muridnya. Beliau tertarik akan bentangan lautan luas dengan kekayaan laut, juga keramaian nelayan. Maka dengan perahunya beliau mengelilingi sekitar kawasan tersebut.
Diputarnya perahu beliau ke arah Timur. Di sana dijumpai para nelayan menangkap ikan secara beramai-ramai. Dari atas perahu para nelayan menepuk-nepukkan telapak tangan (“epek-epek” dalam bahasa Jawa -red) ke air laut, menggiring ikan dan menyuruh (“akon“ dalam bahasa Jawa -red) ikan, agar masuk dalam perangkap besar. Perangkap yang bahannya dari bambu yang oleh warga desa disebut Badong. Dengan Badong, ikan hasil tangkapan melimpah ruah.
Mbah Joyo Kusumo pun heran. Dengan mengangguk-angguk, beliau lalu berkata kepada orang sekitar, ”Besok kalau zaman sudah ramai, maka kawasan ini kunamakan Pekkon yang artinya telapak tangan menyuruh. Lambat laun, warga menyebut Dukuh Pikon dan Badong.
Kemudian Joyo Kusumo dan rombongan memutar perahunya ke arah Barat. Di tengah perjalanan, beliau melihat kemunculan kepala ikan yang besar yang bergerak-gerak (“ enggel-enggel” dalam bahasa Jawa -red) kemudian tenggelam. Timbul tenggelam terus menerus (“les” dalam bahasa Jawa -red).
Beliau lantas berkata dalam bahasa Jawa, “Ana Iwak kok enggel-enggel terus les.” Besok dikeramaian zaman, kawasan ini tak namakan Nggeles.
Dan perjalanan ke arah Barat pun dilanjutkan. Hamparan laut yang luas seakan tak berbatas (“ngemplak-emplak” dalam bahasa Jawa -red) sangat memukau hati beliau, maka dinamakanlah Ngemplak.
Juga air laut dengan ombaknya yang tipis (“gili” dalam bahasa Jawa -red), menambah kekaguman Mbah Joyo Kusumo. Sehingga kawasan ini dinamakan Gili.
Ditengah-tengah perjalanan, beliau melihat sebuah daratan. Maka singgahlah beliau di daratan (pulau -red) tersebut. Dalam hati, Mbah Joyo Kusumo terkesan akan keelokan dan kemakmuran wilayah ini, sehingga berkeinginan untuk menetap di kawasan ini.
Bersama para muridnya, akhirnya beliau menetapkan diri di pulau tersebut. Perahu besar yang dipergunakan rombongan Mbah Joyo Kusum,o akhirnya ditambatkan di dekat pulau. Maka wilayah tersebut di sebut Rau berasal dari kata “Perahu”.
Alkisah, dari rombongan Mbah Joyo Kusumo pun beranak-pinak, sehingga memenuhi pulau. Lautan yang dulu luas lambat laun bergeser menjadi daratan. Yang akhirnya secara turun-temurun di tempati oleh keturunan Joyo Kusumo.
Dan wilayah tersebut akhirnya di beri nama Tenggeles dari kata Teng, Nggel dan Les yang dirangkum dengan arti di laut yang hilang menjadi daratan.
Mbah Joyo Kusumo pun wafat dan dimakamkan di tempat pertama kali beliau mendarat. Kemudian beliau lebih dikenal dengan nama Mbah Pulo, sebagai sesepuh atau yang dituakan di Desa Tenggeles.
Semoga dengan pertanyaan yang sudah terjawab oleh Dharmaa75 dapat membantu memudahkan mengerjakan soal, tugas dan PR sekolah kalian.
Apabila terdapat kesalahan dalam mengerjakan soal, silahkan koreksi jawaban dengan mengirimkan email ke yomemimo.com melalui halaman Contact
Last Update: Thu, 10 Aug 23