Berikut ini adalah pertanyaan dari tamarazanuba pada mata pelajaran IPS untuk jenjang Sekolah Dasar
Nilai - nilai apakah yang dapat kita teladani dari ki hajar dewantoro ?
Jawaban dan Penjelasan
Berikut ini adalah pilihan jawaban terbaik dari pertanyaan diatas.
1. Tekun belajar dalam keadaan apa pun
Pada jaman penjajahan Belanda, hanya orang-orang tertentu saja yang diperbolehkan mengenyam pendidikan. Sebagai warga keturunan bangsawan atau ningrat, beliau tidak menyia-nyiakan kesempatan ini untuk berjuang, khususnya demi kemerdekaan Negara kita tercinta ini. Melalui jalur pendidikan, beliau ingin keberadaan dirinya membawa manfaat bagi Negara kita.
Bagaimana dengan kita? Pada saat ini, kita sebagai warga Indonesia memiliki banyak sekali kesempatan untuk mengenyam pendidikan seluas-luasnya. Mungkin memang untuk kalangan tertentu, mereka mendapatkan kemudahan untuk bisa mengenyam pendidikan lebih tinggi dan lebih baik, namun bila kita hanya berhenti dan banyak memgeluh dengan keadaan kita itu tidak akan banyak memberikan manfaat. Kita juga seharusnya melihat bila banyak orang sukses yang tidak memiliki pendidikan yang tinggi atau bisa disebuat sebagai orang-orang yang “gagal”. Namun mereka memiliki semangat juang yang tinggi dan tidak mudah putus asa. Selain itu, mereka juga pandai melihat kesempatan. Namun bila seseorang tidak memiliki daya juang dan semangat, bagaimana seseorang bisa mendapatkan kesempatan? Sebagai contoh, orang yang dahulu orang yang tidak punya lalu menjadi seorang milyader “gara-gara” sebuah kuis di sebuah televise pun, tidak akan mendapatkan “anugrah” itu bila dia tidak ada daya juang!
Di sebuah seminar pendidikan, saya pernah mendengar sebuah pertanyaan yang diajukan oleh seorang ibu yang memiliki kesulitan ekonomi, sehingga mendapatkan kesulitan dalam membiayai putrinya bersekolah. Namun jawaban yang diutarakan oleh pakar pendidikan tersebut agak “tidak nyambung”. Beliau malah menceritakan masa kecilnya yang pandai memanfaatkan situasi. Beliau dulu hanya seorang penjaga toko buku milik seorang saudagar, namun karena kegigihannya, beliau mau memanfaatkan waktu luangnya untuk membaca buku-buku yang dijual tersebut dan bagaimana perjuangannya pulang balik ke perpustakaan untuk bisa banyak “belajar”, hingga dia sekarang menjadi seorang tokoh pendidikan di Negara kita. Yah… Mau belajar, itulah salah satu kunci lepas dari kemiskinan, bila kita mau memulainya dari DIRI KITA.
2. Tidak terpuruk dalam kegagalan
Setelah menamatkan pendidikannya di ELS, Ki Hajar Dewantara meneruskan pendidikannya ke STOVIA. Namun karena kondisi kesehatannya yang kurang baik, maka beliau pun harus banyak beristirahat di rumah (mungkin jumlah kehadirannya di kelas di tidak sampai 70 persen kali ya… J ) Namun perjuangannya di dunia pendidikan tidak berhenti. Mungkin karena banyak waktu di rumah, beliau pun mulai banyak berkonsentrasi dalam mengembangkan bakatnya di dunia jurnalis. Yah… Dia mulai aktif menulis di beberapa surat kabar.
Bagaimana dengan kita? Pada jaman dahulu, mungkin tidak mudah untuk menjadi seorang penulis. Karena media informasi di Negara kita masih sangat terbatas. Namun dengan ketekunan beliau, banyak tulisan-tulisan beliau yang dimuat di surat kabar. Berbeda dengan di jaman sekarang, banyak sekali media-media yang bisa kita gunakan untuk menyalurkan hobi kita, terutama menulis. Di internet banyak sekali forum-forum dan web site sebagi tempat menyalurkan talenta yang bisa kita manfaatkan. Dapat pula kita membuat blog atau web-site kita sendiri sebagai tempat menyalurkan “hasrat jiwa” kita. Selain itu, kita juga bisa mendapatkan banyak pengalaman, pelajaran dan teman baru dari aktivitas tersebut (menurut pengalaman saya sih…hehehe.. ). Jadi…Yuk… betatapun kita pernah gagal, jangan sia-siakan kegagalan itu untuk bisa lebih banyak belajar, lebih banyak teman, dan lebih semangat dalam meraih mimpi.
3. Aktif dalam kegiatan bermasyarakat (bersosialisasi)
4. Pandai memanfaatkan situsi untuk mencari peluang
Pada jaman penjajahan Belanda, hanya orang-orang tertentu saja yang diperbolehkan mengenyam pendidikan. Sebagai warga keturunan bangsawan atau ningrat, beliau tidak menyia-nyiakan kesempatan ini untuk berjuang, khususnya demi kemerdekaan Negara kita tercinta ini. Melalui jalur pendidikan, beliau ingin keberadaan dirinya membawa manfaat bagi Negara kita.
Bagaimana dengan kita? Pada saat ini, kita sebagai warga Indonesia memiliki banyak sekali kesempatan untuk mengenyam pendidikan seluas-luasnya. Mungkin memang untuk kalangan tertentu, mereka mendapatkan kemudahan untuk bisa mengenyam pendidikan lebih tinggi dan lebih baik, namun bila kita hanya berhenti dan banyak memgeluh dengan keadaan kita itu tidak akan banyak memberikan manfaat. Kita juga seharusnya melihat bila banyak orang sukses yang tidak memiliki pendidikan yang tinggi atau bisa disebuat sebagai orang-orang yang “gagal”. Namun mereka memiliki semangat juang yang tinggi dan tidak mudah putus asa. Selain itu, mereka juga pandai melihat kesempatan. Namun bila seseorang tidak memiliki daya juang dan semangat, bagaimana seseorang bisa mendapatkan kesempatan? Sebagai contoh, orang yang dahulu orang yang tidak punya lalu menjadi seorang milyader “gara-gara” sebuah kuis di sebuah televise pun, tidak akan mendapatkan “anugrah” itu bila dia tidak ada daya juang!
Di sebuah seminar pendidikan, saya pernah mendengar sebuah pertanyaan yang diajukan oleh seorang ibu yang memiliki kesulitan ekonomi, sehingga mendapatkan kesulitan dalam membiayai putrinya bersekolah. Namun jawaban yang diutarakan oleh pakar pendidikan tersebut agak “tidak nyambung”. Beliau malah menceritakan masa kecilnya yang pandai memanfaatkan situasi. Beliau dulu hanya seorang penjaga toko buku milik seorang saudagar, namun karena kegigihannya, beliau mau memanfaatkan waktu luangnya untuk membaca buku-buku yang dijual tersebut dan bagaimana perjuangannya pulang balik ke perpustakaan untuk bisa banyak “belajar”, hingga dia sekarang menjadi seorang tokoh pendidikan di Negara kita. Yah… Mau belajar, itulah salah satu kunci lepas dari kemiskinan, bila kita mau memulainya dari DIRI KITA.
2. Tidak terpuruk dalam kegagalan
Setelah menamatkan pendidikannya di ELS, Ki Hajar Dewantara meneruskan pendidikannya ke STOVIA. Namun karena kondisi kesehatannya yang kurang baik, maka beliau pun harus banyak beristirahat di rumah (mungkin jumlah kehadirannya di kelas di tidak sampai 70 persen kali ya… J ) Namun perjuangannya di dunia pendidikan tidak berhenti. Mungkin karena banyak waktu di rumah, beliau pun mulai banyak berkonsentrasi dalam mengembangkan bakatnya di dunia jurnalis. Yah… Dia mulai aktif menulis di beberapa surat kabar.
Bagaimana dengan kita? Pada jaman dahulu, mungkin tidak mudah untuk menjadi seorang penulis. Karena media informasi di Negara kita masih sangat terbatas. Namun dengan ketekunan beliau, banyak tulisan-tulisan beliau yang dimuat di surat kabar. Berbeda dengan di jaman sekarang, banyak sekali media-media yang bisa kita gunakan untuk menyalurkan hobi kita, terutama menulis. Di internet banyak sekali forum-forum dan web site sebagi tempat menyalurkan talenta yang bisa kita manfaatkan. Dapat pula kita membuat blog atau web-site kita sendiri sebagai tempat menyalurkan “hasrat jiwa” kita. Selain itu, kita juga bisa mendapatkan banyak pengalaman, pelajaran dan teman baru dari aktivitas tersebut (menurut pengalaman saya sih…hehehe.. ). Jadi…Yuk… betatapun kita pernah gagal, jangan sia-siakan kegagalan itu untuk bisa lebih banyak belajar, lebih banyak teman, dan lebih semangat dalam meraih mimpi.
3. Aktif dalam kegiatan bermasyarakat (bersosialisasi)
4. Pandai memanfaatkan situsi untuk mencari peluang
Semoga dengan pertanyaan yang sudah terjawab oleh Dita98 dapat membantu memudahkan mengerjakan soal, tugas dan PR sekolah kalian.
Apabila terdapat kesalahan dalam mengerjakan soal, silahkan koreksi jawaban dengan mengirimkan email ke yomemimo.com melalui halaman Contact
Last Update: Mon, 19 Jan 15