Berikut ini adalah pertanyaan dari jesicaangie99 pada mata pelajaran IPS untuk jenjang Sekolah Dasar
• Sasmita mardawa
•Didik Nini Thowok
•Tjetje Sumantri
secara singkat
Jawaban dan Penjelasan
Berikut ini adalah pilihan jawaban terbaik dari pertanyaan diatas.
Jawaban:
• Sasmita Mardawa
K.R.T. Sasminta Mardawa (9 April 1929 – 26 April 1996) adalah seniman berkebangsaan Indonesia. Namanya dikenal melalui karya-karyanya berupa koreografi tari yang dipentaskan di berbagai panggung pertunjukan, dalam negeri maupun luar negeri. Sasminta merupakan salah satu penerima penghargaan Setyo Adi Nugroho dari Keraton Yogyakarta dan Lembaga Kebudayaan Amerika.
Keahliannya di bidang seni tari, menjadikan namanya dijuluki mpu tari klasik gaya Yogyakarta oleh masyarakat dan keraton Yogyakarta. Sejak usia 13 tahun ia sudah mengakrabi aktivitas berkesenian di lingkungannya. Oleh ayahnya ia sudah diarahkan menjadi penari, dibimbing guru tari Purbaningrat, untuk menjadi penari keraton.
Penghargaan yg pernah diraih :
1. Hhadiah seni dari Gubernur Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta (1983)
2. Hadiah seni dari Walikotamadya Yogyakarta pada (1984)
3. Hadiah seni dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (1985)
4. Certificate of Appreciation dari Lembaga Kebudayaan Amerika (1987)
5. Penghargaan Setyo Aji Nugroho dari Kraton Yogyakarta (1994)
• Didik Nii Thowok
Didik Hadiprayitno, SST yang memiliki nama lahir Kwee Tjoen Lian dan Kwee Tjoen An atau yang lebih dikenal sebagai Didik Nini Thowok (lahir 13 November 1954) adalah penari, koreografer, komedian, pemain pantomim, penyanyi, dan pengajar berkebangsaan Indonesia.
Kehidupan masa kecil Didik penuh keprihatinan. Ayahnya bisnis jual beli kulit kambing dan sapi. Ibunya membuka kios di Pasar Kayu. Hidup bersama mereka adalah kakek dan nenek Didik.
Beberapa bulan setelah mulai kuliah, Didik menerima tawaran dari kakak angkatannya, Bekti Budi Hastuti (Tutik) untuk membantu dalam fragmen tari Nini Thowok bersama Sunaryo. Nini Thowok atau Nini Thowong adalah semacam permainan jailangkung yang biasa dimainkan masyarakat Jawa tradisional. Pementasan ini sangat sukses. Kesuksesannya membawa trio tersebut pentas diberbagai acara. Merekapun mengemas pertunjukan mereka dengan konsep yang lebih matang. Saat Sunaryo mengundurkan diri, posisinya digantikan Bambang Leksono Setyo Aji, teman sekos Didik. Mereka lantas menyebut kelompok mereka sebagai Bengkel Nini Thowok. Dan di belakang nama mereka melekat nama tambahan Nini Thowok (berarti: "nenek yang menyeramkan"). Setelah itu, karier Didik Nini Thowok sebagai penari terus berlanjut, bahkan Didik sering muncul di televisi.
• Tjetje Sumantri
Tjetje yang lahir dengan nama Rd. Roesdi Somantri Diputra meniti kariernya sebagai penari tayuban di pendopo kabupaten. Kemahiran ini dikuasai berkat ketekunannya mempelajari berbagai jenis tari dan bahkan pencak silat. Masa jayanya mencapai puncak, ketika ia memimpin perkumpulan Rinenggasari (1958- 1965). Sampai tahun 1963, ia menyumbang sekitar 44 karya tari, walaupun sumbersumber penataan tari ciptaannya banyak bersumber dari guru tari lainnya. Penerima tanda penghargaan Piagam Wijya Kusumah (1961) itu mengabdikan diri pada seni tari Sunda sampai akhir hayatnya. Ia meninggal tahun 1963, ketika masih mengajarkan tari Patih Ronggana sebagai salah satu ciptaannya. Sebagian karya yang dihasilkan Tjetje Sumantri adalah tari Koncaran, Anjasmara, Sulintang, Pamindo, tari Merak, tari Kukupu, tari Tenun, tari Dewi Serang, tari Kandagan, dan tari Topeng Koncaran.
Penjelasan:
semangatt belajarnya^^
Semoga dengan pertanyaan yang sudah terjawab oleh selviagustin882 dapat membantu memudahkan mengerjakan soal, tugas dan PR sekolah kalian.
Apabila terdapat kesalahan dalam mengerjakan soal, silahkan koreksi jawaban dengan mengirimkan email ke yomemimo.com melalui halaman Contact
Last Update: Thu, 05 May 22