Berikut ini adalah pertanyaan dari bilasausansalsa pada mata pelajaran IPS untuk jenjang Sekolah Dasar
Jawaban dan Penjelasan
Berikut ini adalah pilihan jawaban terbaik dari pertanyaan diatas.
Jawaban:
Koteka merupakan bagian dari pakaian adat Papua yang berfungsi untuk menutupi kemaluan penduduk pria asli Papua, sementara bagian tubuh lainnya dibiarkan terbuka sehingga nyaris telanjang. Koteka, secara harfiah memiliki makna sebagai pakaian. Koteka juga disebut dengan horim atau bobbe.
Koteka terbuat dari bahan kulit labu air yang telah dihilangkan biji dan buahnya. Labu air yang dipilih harus yang sudah tua karena labu yang tua jika dikeringkan mempunyai tekstur yang keras dan awet. Labu tua tersebut ditanam di dalam pasir atau tanah kemudian dibakar agar lebih mudah untuk mengeluarkan biji dan buahnya. Setelah berhasil dikeluarkan biji dan buahnya, labu dikeringkan dengan cara diangin-anginkan di atas perapian.
Bentuknya panjang seperti selongsong dan ujungnya meruncing seperti kerucut atau lebih mirip batang buah wortel. Di bagian ujung koteka diberi bulu ayam hutan atau bulu burung.
Koteka dipakaikan ke bagian vital pria. Agar tidak mudah lepas, di kiri dan kanannya terdapat tali agar koteka dapat melilitkan tali tersebut ke bagian pinggang penggunanya. Bagi laki-laki yang masih perjaka, koteka dipakai dengan posisi tegak lurus ke atas. Sementara bagi laki-laki yang memakai koteka dengan posisi ke atas dan miring ke kanan, melambangkan kejantanan dan memiliki status sosial yang tinggi ataupun kebangsawanan.
Anggapan umum yang beredar mengatakan bahwa ukuran, baik panjang dan besar, koteka melambangkan status pemakainya. Namun pada kenyataannya bukanlah demikian. Ukuran koteka dipilih berdasarkan aktivitas apa yang sedang dilakukan.
Koteka pendek digunakan saat mereka bekerja dan aktivitas sehari-hari seperti bercocok tanam, berburu, dan beternak. Sedangkan untuk acara-acara adat, mereka menggunakan koteka yang berukuran panjang.
Koteka yang dipakai oleh suku satu bisa berbeda dengan koteka yang dipakai oleh suku lain. Misalnya koteka yang digunakan suku Yali, mereka lebih menyukai bentuk labu yang panjang. Sementara itu ada suku lain, sebut saja suku Triom biasanya memakai koteka yang berbentuk dua labu.
Pada tahun 1950, penduduk pribumi Papua mendapatkan kunjungan sosialisasi penggunaan celana pendek. Kampanye ini bertujuan untuk mengganti peran koteka agar dapat menutupi bagian vital pria lebih menyeluruh.
Kampanye tersebut memerlukan perjuangan yang panjang dan tidak mudah. Penduduk yang ada di Lembah Baliem contohnya, Suku Dhani, terkadang menggunakan celana pendek, namun di saat yang lain mempertahankan koteka.
Secara perlahan penggunaan koteka dibatasi, terlebih penggunaan di tempat-tempat umum yang dapat dilihat oleh banyak orang misalnya di sekolah, di terminal, di kantor, dan lain-lain. Beberapa waktu lalu, viral berita dilarangnya penggunaan koteka di ruang sidang pengadilan. Keberadaan koteka di zaman ini lebih sering diperjualbelikan untuk cinderamata.
Penggunaan koteka masih banyak dijumpai di wilayah pegunungan, seperti Wamena. Jika ada wisatawan yang berfoto dengan penduduk yang menggunakan koteka, biasanya perlu membayar beberapa puluh ribu sesuai kesepakatan.
Pembatasan koteka ini dimulai tahun 1964 sejak dimulainya kampanye antikoteka. Kemudian pada tahun 1971, diadakan distribusi pakaian dan celana untuk penduduk di sana. Sayangnya distribusi tersebut tidak dibarengi dengan pemberian sabun cuci baju, sehingga baju dan celana yang sudah dipakai menjadi kotor dan tidak pernah dicuci. Akibatnya, banyak penduduk Papua yang terkena penyakit kulit.
Koteka juga memiliki sebutan kedaerahan lain yaitu hilon, harim, atau bobbe. Koteka adalah pakaian tradisional untuk laki-laki yang cukup nyentrik karena ia memiliki fungsi untuk menutupi bagian kemaluan pria. Namun, saat menggunakan koteka, bagian tubuh lainnya dibiarkan terlihat seakan nyaris telanjang.
Koteka adalah penutup alat kelamin pria yang terbuat dari kulit labu air yang dibuang bagian biji dan daging buahnya. Labu air yang dipilih juga biasanya sudah tua sehingga teksturnya lebih keras dan awet usai dikeringkan. Setelah kering, koteka yang berbentuk seperti selongsong ini bisa dikaitkan ke pinggang mengarah ke atas.
Uniknya, penggunaan pakaian adat Papua satu ini ternyata juga memiliki makna khusus. Semakin tinggi kedudukan pria secara adat, maka ukuran koteka yang dikenakan juga akan semakin besar.
Penjelasan:
Terima kasih
Semoga dengan pertanyaan yang sudah terjawab oleh rainbow789 dapat membantu memudahkan mengerjakan soal, tugas dan PR sekolah kalian.
Apabila terdapat kesalahan dalam mengerjakan soal, silahkan koreksi jawaban dengan mengirimkan email ke yomemimo.com melalui halaman Contact
Last Update: Mon, 30 May 22