Penjelasan:

Sejarah perkembangan litosfer atau kulit bumi dimulai sejak awal pembentukan Bumi yang berusia sekitar 4,5 miliar tahun yang lalu. Saat itu, Bumi masih merupakan sebuah bola panas yang terdiri dari magma dan gas. Kemudian, seiring dengan waktu, Bumi mulai menjadi dingin dan mengalami proses kondensasi, sehingga membentuk atmosfer dan hidrosfer.

Pada awalnya, litosfer terdiri dari satu lempeng tunggal yang menutupi seluruh Bumi. Namun, seiring dengan waktu, lempeng ini mulai terpecah dan terpecah menjadi beberapa lempeng yang bergerak secara dinamis. Ini disebut dengan teori lempeng tektonik, yang menjelaskan bahwa litosfer terdiri dari beberapa lempeng yang bergerak di atas lapisan mantel bumi.

Beberapa proses penting yang terjadi pada litosfer selama sejarah perkembangannya antara lain: pembentukan kontinen, pembentukan gunung berapi, dan pembentukan rawa. Pembentukan kontinen terjadi karena proses pemadatan dan pengerakan lempeng litosfer. Pembentukan gunung berapi terjadi karena proses pembuangan magma ke permukaan bumi melalui celah-celah pada lempeng litosfer. Pembentukan rawa terjadi karena proses pengendapan sedimen yang mengakibatkan pembentukan tanah.

Selain itu, perubahan iklim juga memainkan peran penting dalam perkembangan litosfer. Pada era Paleozoikum, Bumi mengalami suhu yang lebih tinggi dan lembab, sehingga menyebabkan pembentukan hutan hujan tropis yang luas. Sedangkan pada era Mesozoikum, Bumi mengalami suhu yang lebih rendah dan kering, sehingga menyebabkan pembentukan padang pasir dan gurun.

Sampai saat ini, litosfer masih terus berubah dan bergerak sesuai dengan proses-proses geologi yang terjadi di dalam Bumi. Contohnya saja, letusan gunung berapi, gempa bumi, dan proses erosi yang terjadi secara terus-menerus.