bagaimana kondisi kehidupan masyarakat di candi prambanan?​

Berikut ini adalah pertanyaan dari uusernottfound pada mata pelajaran Geografi untuk jenjang Sekolah Menengah Atas

Bagaimana kondisi kehidupan masyarakat di candi prambanan?​

Jawaban dan Penjelasan

Berikut ini adalah pilihan jawaban terbaik dari pertanyaan diatas.

Penjelasan:

1. Wilayah Prambanan merupakan wilayah

perbatasan antara wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta dan bekas karisidenan Surakarta. Prambanan berada di antara daerah Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta dan Daerah Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah.

2. Lingkungan masyarakat

Lokasi Candi Prambanan berada pada perbatasan antara bekas karisidenan Surakarta dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Sebagai daerah perbatasan, karakter masyarakat di lingkungan Prambanan tidak jauh berbeda. Karakter masyarakat di lingkungan Candi Prambanan merupakan karakter dasar masyarakat Jawa, hal ini disebabkan karena daerah Surakarta dan Yogyakarta merupakan daerah pusat kebudayaan Jawa Koentjaraningrat, 1971: 329. Kondisi masyarakat disekitar Prambanan pada abad-abad awal pendirian Candi Prambanan dapat diamati dari candi yang ditemukan diwilayah ini. Candi Prambanan bersifat Hindu, namun pada wilayah yang sama ada pula candi yang bersifat Budha seperti Candi Sewu. Di daerah perbukitan Gunung Seribu bagian utara Siwa Plateau terdapat pula gugusan candi yang kebanyakan bersifat Hindu, misalnya Candi Ijo, Candi Barong dan Kraton Ratu Baka. Dari peninggalan-peninggalan kuno yang 33 berupa candi dengan sifat-sifat keagamaan yang beraneka ragam dan ditemukan dalam satu wilayah yang tidak begitu luas, dapat diperoleh gambaran bahwa paling tidak pada awal abad ke-8 sampai akhir abad ke- 10, masyarakat Jawa kuno sudah memiliki rasa toleransi beragama yang sangat besar Moertjipto, 1991a:14. Sejak abad ke-8 berkembanglah kerajaan-kerajaan dipedalaman Jawa Tengah. Bentuk pemerintahan berupa kerajaan-kerajaan di pedalaman Jawa Tengah, muncul karena para rajanya mengambil kesempatan untuk memanfatkan kondisi sosial ekonomi dan budaya yang potensial dari daerah ini. Kondisi sosial ekonomi dan budaya berperan sebagai faktor-faktor yang penting. Faktor ekonomi dan sosial itu antara lain kekayaannya akan hasil bumi, tanah yang subur dan penduduk yang padat Sulaiman, tanpa tahun: 60. Faktor yang penting untuk modal pembangunan dan modal pengolahan tanah yang subur adalah banyaknya penduduk di Jawa Tengah pada saat itu. Di daerah pedalaman berkembang pula pengaruh Hindu, baik yang bersifat agama, kesenian maupun adat istiadat. Kebudayaan dapat berkembang dengan baik karena keadaan yang aman, ketentraman hidup, penduduk yang tidak berpindah tempat sehingga mereka sangat cermat dalam menangggapi alam lingkungannya Asmito, 1988: 75. Berdasarkan interpretasi dari prasasti Sojomerto yang ditemukan di daerah Batang bagian utara Jawa Tengah, pengaruh India di Jawa Tengah dimulai dibagian utara, kemudian sekitar abad ke-8 sampai ke-10 34 terjadi pergeseran pusat-pusat persebaran ke arah Selatan. Menurut Daljoeni, secara geografis daerah sebelah selatan Jawa Tengah terdapat kemiripan yaitu antara lembah Progo Elo dengan lembah Gangga Yamuna di India Wilujeng, 1993: 59. Beberapa candi pada kenyataannya banyak didirikan disekitar sungai-sungai ini. Pendirian Candi Prambanan dan candi-candi lain di sekitarnya berhubungan dengan pemerintahan kerajaan Mataram Hindu. Nama-nama raja yang disebutkan pada beberapa prasasti menunjukan tanda-tanda tersebut. Misalnya istilah Rakai atau rakryan yang digunakan kerajaan Mataram Hindu untuk menyebut para penguasa-penguasa daerah yang mempunyai otonomi yang cukup luas. Pada umumnya mereka mempunyai hubungan keluarga dengan Raja, baik berasal dari satu keturunan atau disebabkan karena pernikahan Kartodirjo, 1977: 110. Keadaan masyarakat jaman Mataram Hindu merupakan kelanjutan pertumbuhan masyarakat pada masa sebelumnya. Pada abad ke V M, sebuah berita Cina dari Dinasti T’ang 618-906 menyebut Jawa dengan nama Ho-ling. Nama ini digunakan hingga tahun 818 M, kemudian berubah menjadi She-p’o pada tahun 820 M sampai dengan tahun 856 M. Letak Ho-ling belum dapat dipastikan tetapi para peneliti berpendapat bahwa Ho-ling terletak di Jawa Tengah Kartodirjo, 1977: 117. Berita Cina menjelaskan keadaan Hol-ling. Tembok-tembok kota di Ho-ling dibuat dari tonggak kayu. Raja Ho-ling tinggal disebuah bangunan besar bertingkat, beratap daun palem dan dia duduk diatas 35 bangku yang dibuat dari gading. Di tempat itu digunakan tikar yang terbuat dari kulit bambu. Orang Ho-ling, makan tidak menggunakan sendok atau sumpit tetapi dengan tangan saja. Pen

Semoga dengan pertanyaan yang sudah terjawab oleh MeiyinMoon247 dapat membantu memudahkan mengerjakan soal, tugas dan PR sekolah kalian.

Apabila terdapat kesalahan dalam mengerjakan soal, silahkan koreksi jawaban dengan mengirimkan email ke yomemimo.com melalui halaman Contact

Last Update: Thu, 15 Sep 22