Untuk menyelesaikan masalah ini, kita dapat menggunakan prinsip konservasi energi mekanik, yaitu bahwa total energi mekanik (energi kinetik + energi potensial) suatu benda tetap konstan jika tidak ada gaya non-konservatif yang bekerja pada benda tersebut.

Pada titik A, bola basket hanya memiliki energi kinetik. Ketika mencapai titik tertinggi (titik B), bola basket hanya memiliki energi potensial karena kecepatannya nol. Dengan asumsi tidak ada gaya non-konservatif yang bekerja pada bola basket, maka energi mekanik total di titik A sama dengan energi mekanik total di titik B. Oleh karena itu, dapat dituliskan persamaan:

Energi kinetik di titik A = Energi potensial di titik B

1/2 mv^2 = mgh

dengan m = 1 kg, v = kecepatan awal bola basket, h = ketinggian maksimal bola basket di atas titik A, dan g = 10 m/s^2.

Namun, tidak diketahui kecepatan awal bola basket (v), sehingga kita harus mencari nilai v terlebih dahulu. Kita bisa menggunakan persamaan usaha dan energi kinetik untuk mencari nilai v:

Usaha W = perubahan energi kinetik

W = 1/2 mv^2 - 1/2 mu^2

dengan u = kecepatan bola basket saat mencapai titik B (nol).

Menggabungkan dua persamaan di atas, kita dapat menghilangkan variabel v dan menghitung ketinggian maksimal h:

W = mgh

1/2 mv^2 - 1/2 mu^2 = mgh

1/2 v^2 = mgh

v^2 = 2mgh

v = sqrt(2mgh)

Substitusi nilai m, g, dan W yang diketahui ke dalam persamaan di atas akan menghasilkan:

sqrt(2 × 1 kg × 10 m/s^2 × h) = sqrt(20h) = sqrt(2W) / m = sqrt(2 × 50 Joule) / 1 kg = 10 m/s

Jadi, kecepatan awal bola basket adalah 10 m/s. Selanjutnya, kita dapat menghitung ketinggian maksimal bola basket di atas titik A:

h = v^2 / (2g) = (10 m/s)^2 / (2 × 10 m/s^2) = 5 meter

Jadi, ketinggian maksimal bola basket di atas titik A adalah 5 meter.