Bagaimana sektor ril dan sektor keuangan bisa seimbang

Berikut ini adalah pertanyaan dari AryaGG8209 pada mata pelajaran Ekonomi untuk jenjang Sekolah Menengah Pertama

Bagaimana sektor ril dan sektor keuangan bisa seimbang

Jawaban dan Penjelasan

Berikut ini adalah pilihan jawaban terbaik dari pertanyaan diatas.

Jawaban:

Krisis Keuangan dunia pada akhir-akhir dekade ini, merupakan fenomena yang membuktikan kepada kita betapa rapuhnya sistem perekonomian dunia. Dan yang sangat menyakitkan adalah krisis ini terjadi secara berulang-ulang dengan pola permasalahan yang hampir serupa.

Banyak pakar ekonom dunia yang mencoba menganalisis akar permasalahan dari krisis ekonomi dunia ini. Radelet dan Sach (1998) membagi lima tipe penyebab krisis keuangan suatu Negara , yaitu:

1)Kebijakan ekonomi yang tidak konsisten

2)Kepanikan pasar uang

3)Pecahnya gelembung financial

4)Moral Hazard

5)Ketiadaan aturan baku

Sedang menurut Berg dan kawan-kawan (1999) penyebab krisis keuangan dapat dibedakan menjadi dua bagian besar, yaitu:

1)Adanya gangguan terhadap fundamental ekonomi (inflasi, pertumbuhan ekonomi dan neraca pembayaran).

2)Adanya serangan spekulasi (self-fulfilling crisis)

Dari analisa beberapa pakar ekonom diatas dapat kita lihat bahwa sebagian besar penyebab krisis ekonomi adalah berawal dari kesalahan system yang belaku. System yang berlandaskan pada mekanisme bunga telah membawa peekonomian dunia semangkin tidak menentu. Setidaknya hal ini di tunjukan oleh terbentuknya pendikotomian antara sector riil dan sector moneter.

Pakar Manajemen berkaliber dunia, Peter Drucker, sebagaimana dikutip Didin Damanhuri , menyebutkan gejala ketidak seimbangan antara sector meneter dan sector riil sebagai Decopling , yakni fenomena keterputusan antara maraknya arus Uang (Moneter) dengan arus barang dan jasa. Ketidakseimbangan tersebut dipicu oleh maraknya kegiatan bisnis Spekulatif, sehingga dunia terjangkit penyakit Bubble Economic, yakni sebuah perekonomian yang terlihat sangat besar, namun tidak berisi apa-apa, dan suatu waktu akan meledak dan beakibat pada krisis ekonomi yang dahsyat.

Menurut data Morgan Stanley , nilai kredit drivatif pada tahun 1998 hanya Rp500 trilyun, namun pada Desembar 2002 ditaksir sudah mencapai Rp24.000 Trilyun, suatu kenaikan yang sungguh luar biasa, yakni sebesar 47.000 persen atau 4700 kali lipat, hanya dalam empat tahun. Sebuah fenomena yang sangat mengejutkan, padahal transaksi derivative pada umumnya tidak banyak orang yang faham, karena transaksi ini hanyalah transaksi “maya” yang dikaitkan dengan aktiva keuangan. Hal inilah yang menyebabkan penggelembungan ekonomi dunia. Dan yang lebih mengagetkan lagi adalah menurut data dari sebuah NGO asal Amerika Serikat, volume transaksi yang terjadi di pasar uang (currency speculation dan derivative market) dunia berjumlah U$1,5 triliun hanya dalam sehari, sedangkan transaksi yang terjadi di dalam perdagangan dunia di sektor riil hanya mencapai U$6 triliun setiap bulan. Sehingga dengan empat hari transaksi di pasar uang, sudah sama dengan transaksi di sektor riil selama setahun. Inilah yang kemudian menciptakan satu kondisi perekonomian gelembung (bubble economic), suatu kondisi yang melibatkan transaksi keuangan yang besar sekali, namun sesungguhnya tidak ada isinya karena tidak dilandasi transaksi riil .

Coba kita lihat perbandingan transaksi sector riil dan sector moneter pada table Indikator Ekonomi Makro Indonesia 2000-2004 berikut ini.

Dan selanjutnya, permasalahan pun akan semangkin menjadi kompleks dengan adanya pendikotomian ini. Pasar moneter dengan bunga sebagai instrument pokoknya telah membawa perekonomian dunia menjadi tidak seimbang, yang akhirnya membawa dampak Globalisasi. Para ekonom dunia pun telah memikirkan akan hal ini, mereka telah membuat berbagai bentuk teori-teori dan kebijakan untuk menyeimbangkan antara sector Moneter dan sector Riil dalam sebuah perekonomian. Di antaranya adalah, golongan Keynessian yang merumuskan keseimbangan umum (general equilibrium) ekonomi dengan mensyaratkan keseimbangan antara sector Riil dan sector Moneter, dimana bunga menjadi variabel yang sangat dominan dalam menentukan keseimbangan tersebut.

Dengan fakta yang bergulir saat ini, mungkinkah perekonomian dunia akan mencapai titik keseimbangan tersebut? atau mungkinkah antara kedua sector tersebut akan saling berhubungan dan saling menguatkan ?. Berbagai data statistic telah menunjukan bahwa betapa tingginya jurang antara kedua sector tersebut, yang akhirnya membawa dampak ketidak stabilan perekonomian dunia. Lantas bagaimana Ekonomi Islam memandang hal ini ?

Dalam makalah ini, penulis akan mencoba menguraikan secara terperinci mengenai sector Moneter dan Sector Riil, serta hubungan antara keduanya dalam perpektif Islam. Hal ini dikarenakan masih dalam tahap pembelajaran. Penulis merasa masih banyak kekurangan dalam pembahasan ini, oleh karena itu masukan dari pembaca, terutama Pak Hendro Wibowo SEI, sebagai pengampu mata kuliah Ekonomi Makro Islam, akan sangat berarti guna menyempurnakan bahasan-bahasan yang sekiranya belum tepat.

Semoga dengan pertanyaan yang sudah terjawab oleh candra2101 dapat membantu memudahkan mengerjakan soal, tugas dan PR sekolah kalian.

Apabila terdapat kesalahan dalam mengerjakan soal, silahkan koreksi jawaban dengan mengirimkan email ke yomemimo.com melalui halaman Contact

Last Update: Sun, 22 Aug 21