Saya tidak yakin dengan arti dari pertanyaan yang Anda ajukan, karena tidak jelas apa yang dimaksud dengan "gereja sebagai paguyuban yang menyelamatkan". Namun, saya akan mencoba memberikan jawaban yang sejauh mungkin terkait hal ini.

Konflik antara gereja dan orang lain dapat terjadi terkait dengan perbedaan pandangan, keyakinan, atau pandangan moral. Konflik ini dapat melibatkan satu atau beberapa orang dengan gereja atau kelompok gereja secara keseluruhan, dan dapat terjadi dalam berbagai konteks seperti politik, sosial, atau akademik.

Namun, gereja sebagai institusi keagamaan seharusnya bukanlah sebuah kelompok yang bertujuan untuk memulihkan atau menyelamatkan keadaan. Gereja sebagai institusi keagamaan bertujuan untuk menyediakan tempat persinggahan atau sumber nafkah spiritual bagi umatnya, dan memberikan pencerahan dan bimbingan dalam kehidupan sehari-hari.

Namun, konflik dapat terjadi ketika ada perbedaan pandangan atau interpretasi mengenai ajaran agama yang disampaikan gereja dengan pandangan individu atau kelompok lain di masyarakat. Hal ini mungkin terjadi karena kurangnya pemahaman yang baik tentang agama atau tidak adanya toleransi dan penghargaan pada hak-hak individu dalam menjalankan keyakinan mereka.

Hal-hal yang perlu diperhatikan saat menghadapi konflik antara individu atau kelompok dalam masyarakat dengan gereja adalah keterbukaan dalam berdiskusi untuk mencari pemahaman bersama dan menerima perbedaan pandangan, serta menghargai hak asasi manusia untuk menjalankan keyakinannya masing-masing. Konflik dapat diatasi secara damai melalui dialog dan negosiasi yang berlandaskan pada prinsip-prinsip toleransi, penghormatan dan saling memahami.