Jawaban:

Fenomena pasang surut air laut terjadi karena adanya pengaruh gaya gravitasi antara Bumi, Bulan, dan Matahari. Secara khusus, pengaruh gravitasi Bulan memiliki efek yang paling dominan terhadap pasang surut air laut.

Berikut ini penjelasan mengapa terjadi fenomena pasang surut air laut:

1. Gaya tarik gravitasi Bulan: Bulan memiliki massa yang signifikan dan menarik gravitasi terhadap benda di Bumi, termasuk air di lautan. Gaya tarik gravitasi Bulan cenderung menarik air ke arahnya, menyebabkan air di sekitar wilayah tertentu terdorong ke atas.

2. Gaya sentrifugal: Gerakan rotasi Bumi menghasilkan gaya sentrifugal yang bertindak ke arah luar. Gaya ini menyebabkan air cenderung mendesak keluar dari pusat rotasi Bumi. Akibatnya, air di wilayah-wilayah tertentu yang jauh dari Bulan atau Matahari akan mengalami lonjakan, membentuk pasang.

3. Interaksi Bulan-Matahari: Meskipun pengaruh gravitasi Bulan terhadap pasang surut lebih besar, Matahari juga berperan dalam mempengaruhi fenomena ini. Ketika Bulan, Bumi, dan Matahari berada dalam posisi sejajar atau berada pada sudut tertentu, seperti pada fase bulan purnama dan bulan baru, gaya gravitasi Matahari menguatkan atau mengurangi efek pasang surut yang dihasilkan oleh Bulan. Ini disebut sebagai pasang surut pasang (spring tide) atau pasang surut parut (neap tide) sesuai dengan kekuatan pengaruhnya.

Fenomena pasang surut air laut ini terjadi secara periodik dan mengikuti siklus Bulan. Siklus pasang surut yang paling umum adalah siklus harian, dengan dua pasang dan dua surut dalam sehari. Namun, ada juga siklus pasang surut bulanan yang terkait dengan pergerakan Bulan mengelilingi Bumi.

Dalam ringkasan, pasang surut air laut terjadi karena interaksi gravitasi antara Bumi, Bulan, dan Matahari. Gaya gravitasi Bulan, gaya sentrifugal akibat rotasi Bumi, dan interaksi antara Bulan dan Matahari berperan dalam membentuk fenomena pasang surut yang kita amati.