Kelistrikan pada sel saraf pada umumnya tidak dapat diukur dengan menggunakan amperemeter biasa karena sinyal listrik dalam sel saraf memiliki karakteristik yang berbeda dengan arus listrik yang diukur oleh amperemeter biasa. Berikut adalah beberapa alasan mengapa hal ini tidak memungkinkan:

1. Skala yang sangat kecil: Sinyal listrik dalam sel saraf memiliki amplitudo yang sangat kecil dan frekuensi yang tinggi. Amperemeter biasa umumnya tidak sensitif atau tidak memiliki resolusi yang cukup tinggi untuk mengukur sinyal listrik yang sangat kecil seperti itu.

2. Karakteristik non-steady state: Sel saraf menghasilkan sinyal listrik dalam bentuk pulsa atau potensial aksi yang bersifat non-steady state. Amperemeter biasa, yang dirancang untuk mengukur arus listrik searah atau arus listrik yang stabil, tidak dapat dengan akurat mengukur perubahan cepat dalam sinyal listrik non-steady state.

3. Kompleksitas struktur dan jaringan: Sistem saraf terdiri dari jaringan sel saraf yang rumit. Sinyal listrik dalam sel saraf berasal dari potensial aksi yang melintasi membran sel saraf dan berinteraksi dengan jaringan sel saraf lainnya. Mengukur arus listrik pada tingkat individu sel saraf dalam konteks jaringan yang kompleks menjadi lebih sulit dengan menggunakan amperemeter biasa.

Sebagai gantinya, untuk mengukur aktivitas listrik pada sel saraf, metode yang lebih canggih seperti elektroensefalogram (EEG), elektromiogram (EMG), atau metode elektrofisiologi yang lainnya digunakan. Metode ini dirancang khusus untuk merekam dan menganalisis sinyal listrik dalam sistem saraf dengan kepekaan dan presisi yang lebih tinggi.