Pada tahun 1958 di Teluk Minamata Jepang terjadi pencemaran limbah

Berikut ini adalah pertanyaan dari nurdesnitanur pada mata pelajaran Biologi untuk jenjang Sekolah Menengah Atas

Pada tahun 1958 di Teluk Minamata Jepang terjadi pencemaran limbah industri yaitu pencemaran Hg (Merkuri) dan mengakibatkan penduduk di daerah tersebut ikut keracunan merkuri dengan nama penyakit minamata. Gejala penyakit ini antara lain sulit tidur, kaki dan tangan dingin, gangguan penciuman dan kerusakan otak. Jelaskan proses pencemaran melalui rantai makanan yang terjadi hingga menimbulkan penyakit pada penduduk tersebut!​

Jawaban dan Penjelasan

Berikut ini adalah pilihan jawaban terbaik dari pertanyaan diatas.

Jawaban:

Pernah dengarkah ada tragedi pencemaran merkuri (Hg) atau air raksa di kota Minamata, Prefektur Kumamoto di Jepang yang membuat sebagian besar warganya menderita seumur hidup sekitar tahun 1958? Mereka terdampak limbah PT Chisso yang membuang limbah kimianya ke Teluk Minamata dalam jumlah yang sangat besar (200 – 600 ton Hg dari tahun 1932).

Sebagai pengkonsumsi ikan yang cukup tinggi (286 – 410 gr/hari), masyarakat sekitar Prefektur Kumamoto terdampak sangat dahsyat. Sampai saat inipun masih ada warga Minamata yang hidup tetapi dengan kondisi cacat fisik. Kondisi tersebut dikenal dengan Penyakit Minamata atau Sindrom Minamata.

Dampak buruk mulai terlihat sekitar tahun 1949. Saat itu terjadi wabah penyakit aneh di Minamata. Ratusan orang mati karena kelumpuhan syaraf dan menurut para ahli kesehatan saat itu, penyakit itu disebabkan karena orang Jepang suka makan ikan yang ternyata sudah tercemar logam berat Hg yang berasal dari industri batu baterai milik Chisso yang membuang merkuri ke laut. Pabrik itu akhirnya ditutup dan pemiliknya harus memberikan ganti rugi sekitar US$ 26,6 juta kepada masyarakat dan Pemerintah Kerajaan Jepang.

Jakarta - Pernah dengarkah ada tragedi pencemaran merkuri (Hg) atau air raksa di kota Minamata, Prefektur Kumamoto di Jepang yang membuat sebagian besar warganya menderita seumur hidup sekitar tahun 1958? Mereka terdampak limbah PT Chisso yang membuang limbah kimianya ke Teluk Minamata dalam jumlah yang sangat besar (200 – 600 ton Hg dari tahun 1932).

Sebagai pengkonsumsi ikan yang cukup tinggi (286 – 410 gr/hari), masyarakat sekitar Prefektur Kumamoto terdampak sangat dahsyat. Sampai saat inipun masih ada warga Minamata yang hidup tetapi dengan kondisi cacat fisik. Kondisi tersebut dikenal dengan Penyakit Minamata atau Sindrom Minamata.

Dampak buruk mulai terlihat sekitar tahun 1949. Saat itu terjadi wabah penyakit aneh di Minamata. Ratusan orang mati karena kelumpuhan syaraf dan menurut para ahli kesehatan saat itu, penyakit itu disebabkan karena orang Jepang suka makan ikan yang ternyata sudah tercemar logam berat Hg yang berasal dari industri batu baterai milik Chisso yang membuang merkuri ke laut. Pabrik itu akhirnya ditutup dan pemiliknya harus memberikan ganti rugi sekitar US$ 26,6 juta kepada masyarakat dan Pemerintah Kerajaan Jepang.

Puluhan tahun kemudian, ternyata bencana itu kembali terulang di perairan Indonesia dalam kadar yang lebih dahsyat sebagai akibat menjamurnya tambang emas rakyat ilegal di sekitar 800 daerah di seluruh Indonesia. Studi yang dilakukan oleh tim dari Medicus Foundation, patut diduga telah menguak tragedi serupa Minamata di Indonesia. Bahkan konon lebih dahsyat. Seberapa parahkan pencemaran tersebut dan apakah sudah ada tindakan langsung dari Pemerintah? Mari kita bahas singkat dari sisi kebijakan.

Pencemaran Merkuri di Perairan Indonesia Lebih Dahsyat dari Minamata

Merkuri pada prinsipnya ada di udara dan beberapa bahan yang ada disekitar kita, akan tetapi sumber terbesar (37%) berasal dari pertambangan emas skala kecil dan illegal. Banyak dari merkuri yang dilepaskan ke alam dihasilkan oleh Pertambangan Emas Skala Kecil (PESK) ilegal, misalnya di Poboya Sulawesi Tengah, Gunung Botak di Pulau Buru, Cisitu, Cibeber di Lebak Banten, Bombana di Sulawesi Tenggara dsb.

Hal ini menyebabkan kita perlu mewaspadai aktifitas yang ada pada PESK serta dampaknya bagi penambang maupun masyarakat yang ada di sekitarnya. Hg yang dibuang ke alam membawa konsekuensi serius kepada kehidupan masyarakat dan lingkungan. Ironisnya hasil tambang mineral yang berlimpah ini tidak dinikmati oleh bangsa Indonesia secara optimal, bahkan negara harus menanggung semua kerusakan manusia dan lingkungan yang diakibatkan oleh proses penambangan ilegal tersebut. Sebagian besar emas dari PESK ilegal dinikmati oleh "tauke" atau investor yang ujudnya hampir tidak tampak di Indonesia, hanya kaki tangannya saja yang patut diduga dilindungi oknum aparat Pemerintah Daerah maupun keamanan dan Kepolisian setempat.

Penjelasan:

semoga membantu ;)

Semoga dengan pertanyaan yang sudah terjawab oleh azrulazril64 dapat membantu memudahkan mengerjakan soal, tugas dan PR sekolah kalian.

Apabila terdapat kesalahan dalam mengerjakan soal, silahkan koreksi jawaban dengan mengirimkan email ke yomemimo.com melalui halaman Contact

Last Update: Thu, 08 Jul 21