buatlah dandang gula dengan tema cita cita menjadi tentara​

Berikut ini adalah pertanyaan dari oioiio pada mata pelajaran Bahasa lain untuk jenjang Sekolah Menengah Pertama

Buatlah dandang gula dengan tema cita cita menjadi tentara​

Jawaban dan Penjelasan

Berikut ini adalah pilihan jawaban terbaik dari pertanyaan diatas.

Jawaban:

Aturan Tembang Macapat Dhandhanggula

1. Guru Gatra: 10 baris setiap bait (Artinya tembang Dhandhanggula ini memiliki 10 larik atau baris kalimat).

2. Guru Wilangan: 10, 10, 8, 7, 9, 7, 6, 8, 12, 7 (Artinya baris pertama terdiri dari 10 suku kata, baris kedua berisi 10 suku kata, dan seterusnya).

3. Guru Lagu: i, a, e, u, i, a, u, a, i, a (Artinya baris pertama berakhir dengan vokal i, baris kedua berakhir vokal a, dan seterusnya).

Aturan dari tembang ini dapat disingkat menjadi 10i, 10a, 8e, 7u, 9i, 7a, 6u, 8a, 12i, dan 7a.

Contoh Tembang Dhandhanggula

Agar kamu makin paham, berikut beberapa contoh dan arti dari tembang Dhandhanggula.

1.Yogyanira kang para prajurit

(Sepantasnya para prajurit)

Lamun bisa samiyo anuladha

(Hendaknya bisa mencontoh)

Duk ing nguni caritane

(Seperti cerita zaman dahulu)

Andelira sang Prabu

(Kepercayaan Sang Prabu)

Sasrabau ing Maespati

(Sasrabau di Maespati)

Aran Patih Suwanda

(Bernama Patih Suwondo)

Lelabuhanipun

(Lelabuhannya)

Kang ginelung tri prakara

(Yang dibingkai tiga perkara)

Guna kaya purun ingkang den antepi

(Berguna seperti mau dipegang teguh)

Nuhoni trah utama

(Meniru keluarga utama)

2.Langkung ana jamane narpati

(Lebih aman zamannya raja)

Nora nana pan ingkang nanggulang

(Tidak ada yang menghalangi)

Wong desa iku wadale

(Orang desa itu biasanya)

Kang duwe pajek sewu

(Yang mempunyai pajak seribu)

Pan sinuda dening Narpati

(Dikurangi oleh Sang Prabu)

Mung metu satus dinar

(Hanya keluar seratus dinar)

Mangkana winuwus

(Begitu akhirnya)

Jamanira pan pinetang

(Zamannya tidak ada hitungan)

Apan sewu wolungatus anenggih

(Hanya seribu delapan ratus nilainya)

Ratune nuli sima

(Rajanya akhirnya hilang)

3.Hang tekan kadhatone sami

(Hilang sampai kerajaan semua)

Nuli rusak iya nungsa Jawa

(Kemudian rusak karena orang Jawa)

Nora karuwan tatane

(Tidak karuwan adatnya)

Pra nayaka sadarum

(Para abdi dalem semua)

Miwah manca negara sami

(Juga negara tetangga)

Pada sowang-sowangan

(Pada silaturahmi)

Mangkana Winuwua

(Begitu katanya)

Mangka Allahu tangala

(Kemudian Allah S.W.T.)

Anjenengken Sang Ratu Asmara kingkin

(Menamakan Sang Ratu Asmara Kingkin)

Bagus maksih taruna

(Cakap masih muda)

(Jaya Baya, Ramalan Musabar)

4.Iku mulih jenenge Narpati

(Nama raja sudah kembali baik)

Wadya punggawa sujud sadaya

(Para prajurit dan punggawa bersujud semua)

Tur padha rena prentahe

(Juga pada senang perintahnya)

Kadhatone winuwus

(Kerajaannya sudah ada)

Ing Kediri ingkang satunggil

(Di Kediri yang satu)

Kang siji tanah Ngarab

(Yang satunya di tanah Arab)

Kartajamanipun

(Aman zamannya)

Duk samana pan pinetang

(Pada waktu itu dihitung telah)

Apan sewu lewih sangang atus anenggih

(Tahun seribu sembilan ratus)

Negaranira rengka

(Negaranya pecah)

(Jaya Baya, Ramalan Musabar)

5.Wus ndilalah kersaning Hyang Widhi

(Sudah menjadi kehendak Allah)

Ratu Peranggi anulya prapta

(Ratu Parenggi segera datang)

Wadya tambuh Wilangane

(Pasukannya bilangannya bertambah)

Prawirane kalangkung

(Kekuatannya berlebih)

Para ratu kalah ngajurit

(Para raja kalah berperang)

Tan ana kang nanggulang

(Tidak ada yang menghalangi)

Tanah Jawa gempur

(Tanah Jawa digempur)

Wus Jumeneng tanah Jawa

(Sudah berdiri tanah Jawa)

Ratu Prenggibet budi kras anglangkungi

(Raja Prenggi menjadi raja sangat keras melebihi)

Tetep neng tanah Jawa

(Tetap di Tanah Jawa)

(Jaya Baya, Ramalan Musabar)

6.Enengena Sang Nateng Parenggi

(Kekananlah Sang Ratu Parenggi)

Prabu ing Rum ingkang ginupita

(Prabu Rum yang dihadap)

Lagya siniwi wadyane

(Baru dihadap pasukannya)

Kya Patih munggweng ngayun

(Ki Patih mempunyai keinginan)

Angandika Sri Narpati

(Berkatalah Sang Raja)

"Heh Patih ingsun myarsa

(”Hai Patih saya mendengar)

Tanah Jawa iku

(Tanah Jawa itu)

Ing mangke ratune sima

(Nantinya rajanya sima)

Iya perang klawan Ratu Parenggi

(Iya perang melawan Ratu Parenggi)

Tan ana kang nanggulang"

(Tidak ada yang menghalangi)

(Jaya Baya, Ramalan Musabar)

Penjelasan:

Semoga membantuAbdi urang Sunda sanes urang Jawa

Contoh tembang macapat adalah dhandanggula yang berasal dari kata gegedhangan yang memiliki harapan, angan-angan, dan cita-cita. Sedangkan arti dari kata gula adalah manis. Maka jika digabung arti dari tembang macapat dhandhanggula adalah cita-cita, harapan, dan angan-angan yang indah atau manis.

Semoga dengan pertanyaan yang sudah terjawab oleh ghassani0526 dapat membantu memudahkan mengerjakan soal, tugas dan PR sekolah kalian.

Apabila terdapat kesalahan dalam mengerjakan soal, silahkan koreksi jawaban dengan mengirimkan email ke yomemimo.com melalui halaman Contact

Last Update: Sun, 06 Nov 22