Jawaban:

Dua makam diatas merupakan makam dari Minak Sopal dan Ibunya Dewi Roro Amiswati. Makam yang sebelah kanan merupakan makam dari Minak Sopal sedangkan makam yang sebelah kiri adalah makam dari Dewi Roro Amiswati. Adapun asal mula dari Dam Bagong adalah sebagai berikut :

Minak Sopal merupakan keturunan dari Kerajaan Majapahit, ibunya bernama Dewi Roro Amiswati. Dewi Roro Amiswati menderita penyakit kulit yang tidak kunjung sembuh akhirnya Dewi Roro Amiswati dititipkan kepada Ki Ageng Sinawang yang bertempat tinggal di Trenggalek dengan maksud agar mencarikan obat dari penyakit Dewi Roro Amiswati. Namun, meskipun sudah berobat atau di obatkan dengan cara apapun tidak juga berhasil sembuh, sehingga membuat Dewi Roro Amiswati berendam di sebuah kedung yang megung / agung yang sekarang bernama Mbagong dan mengeluarkan sebuah sayembara barang siapapun yang dapat menyembuhkannya apabila seorang perempuan akan dijadikan seorang saudara dan apabila seorang lelaki akan dijadikan seorang suami.

Kemudian muncul sesosok pemuda tampan yang bernama Minak Srobo, iapun berusaha mengobati Dewi Roro Amiswati dengan cara menjilatinya, cara Minak Srobo pun akhirnya dapat menyembuhkan Dewi Roro Amiswati. Dan setelah sembuh Dewi Roro Amiswati menghadap Ki Ageng Sinawang dengan membawa Minak Srobo bersamanya. Sesuai dengan sayembara, maka Dewi Roro Amiswati menikah dengan Minak Srobo ( yang dapat menjelma menjadi Bajul Putih ( buaya putih )).

Waktu telah berganti, hari demi hari mereka lewati, dan akhirnya Dewi Roro Amiswati hamil. Disela – sela kehamilan Dewi Roro Amiswati, Minak Srobo pergi meninggalkan Dewi Roro Amiswati, namun beliau meninggalkan pesan agar suatu ketika anaknya lahir agar diberi nama Minak Sopal dan Dewi Roro Amiswati dilarang untuk membuka kamar yang berada di sebelah timur. Karena rasa penasaran Dewi Roro Amiswati membuka kamar itu, dan menemukan sesosok bajul putih yang tidak lain adalah Minak Srobo yang telah masuk islam. Setelah 9 bulan mengandung Dewi Roro Amiswati melahirkan seorang putra yang diberi nama Minak Sopal sesuai dengan pesan dari suaminya yaitu Minak Srobo.Waktu berlalu begitu cepat, Minak Sopal pun tumbuh menjadi pria yang tampan dan gagah. Sekitar umur 20 tahun Minak Sopal mempunyai inisiatif untuk menciptakan Trenggalek sebagai daerah pertanian, sehingga Minak Sopal memutuskan untuk membangun sebuah bendungan, dalam sehari semalam bendungan tersebut dapat dibangun, tetapi pada keesokan paginya bendungan rusak kembali kejadian tersebut berlangsung secara berulang – ulang. Karena kejadian itu berlangsung berulang – ulang,maka minak sopal meminta saran kepada ibunya. Sang ibu menyarankan agar agar Minak Sopal bersemedi di tepi sungai. Pada semedinya itu Minak Sopal mendapat petunjuk dari eyang ghaib bahwa yang merusak bendungan nya tersebut adalah seekor bajul putih yang tidak lain jelmaan dari ayahandanya sendiri untuk menguji kesabaran Minak Sopal.

Dalam semedi nya tersebut Minak Sopal di beritahu bahwa bendungan tersebut bisa selesai dan tidak rusak lagi apabila Minak Sopal dapat memberikan seekor gajah putih sebagai persembahan untuk pembangunan bendungan. Gajah putih tersebut dapat ditemukan di Perbatasan T. Galek – Ponorogo di G. Pucang Anak, milik seorang wanita yang bernama Mbok Rondho Krandhon.

Di kemudian hari, Minak Sopal bergegas menuju Ponorogo untuk menemui Mbok Rondho Krandhon. Disana Minak Sopal mengatakan maksud dan tujuan kedatangannya. Minak Sopal akan meminjam Gajah Putih milik Mbok Rondho Krandhon untuk membantunya membangun bendungan yang sedang ia kerjakan.Dengan alasan itu akhirnya Mbok Rondho Krandhon mengijinkan Minak Sopal membawa Gajah Putihnya

Penjelasan:

maaf kalau salah atau kurang lengkap