Mengapa dalam menuntut ilmu hatus tekun,rajin,dan bersabar ?Pliss tolong banget

Berikut ini adalah pertanyaan dari 1020308 pada mata pelajaran Bahasa lain untuk jenjang Sekolah Dasar

Mengapa dalam menuntut ilmu hatus tekun,rajin,dan bersabar ?Pliss tolong banget ya Kak/dek

Jawaban dan Penjelasan

Berikut ini adalah pilihan jawaban terbaik dari pertanyaan diatas.

Jawaban:

Menuntut ilmu adalah kewajiban setiap manusia karena ilmu adalah jalan untuk mengetahui Tuhannya. Tanpa ilmu manusia tidak ada bedanya dengan binatang. Bahkan ayat pertama yang diturunkan oleh Allah Swt. adalah ayat yang berkenaan dengan perintah menuntut ilmu, Allah Swt. berfirman dalam surat Al-‘Alaq ayat pertama :

yang artinya : “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan.”

Dalam menuntut ilmu ada kaedah dan ketentuan yang harus diperhatikan oleh setiap abdi ilmu, terlebih ilmu syariat agama. Bagi para penuntut ilmu tentunya tak asing dengan salah satu syair Imam Syafi’i yang berisi petuah bagi para penuntut ilmu, “Saudaraku, kamu tidak akan mendapatkan ilmu, kecuali dengan enam perkara, akan aku beritahukan perinciannya dengan jelas : Kecerdasan, ketamakan dalam ilmu, kesungguhan, harta benda, menghormati guru, dan waktu yang panjang.”

Sepertinya generasi akhir ini banyak yang melalaikan pesan Imam Syafii yang terakhir. Banyak para pencari ilmu yang tidak bersabar selama proses menuntut ilmu, terlebih dalam mendalami ilmu agama. Semangat mereka yang membara mengalahkan kesabaran mereka untuk duduk di majelis ilmu. Mereka lalai atau memang belum tahu bahwa ilmu berbeda dengan maklumat. Ilmu adalah kaidah-kaidah yang tersusun secara sistematis. Ilmu tidaklah sama seperti membaca koran lima menit atau sepuluh menit. Menuntut ilmu harus memperhatikan metode. Mana yang harus dipelajari bagi pemula, mana yang harus dipelajari bagi lanjutan dan semua itu membutuhkan kesabaran yang tinggi.

Banyak kisah para ulama salaf yang menggambarkan kesabarannya dalam menuntut ilmu, diantaranya, Al-Muzani pernah berkata, “Aku telah membaca kitab ar-Risalah milik asy-Syafi’i sejak lima puluh tahun lalu dan setiap kali aku baca aku menemukan faidah yang tidak ditemukan sebelumnya.” Lihatlah, al-Muzani adalah seorang fakih, seorang fakih saja rela mengulang-ngulang membaca suatu kitab, bagaimana dengan kita yang jauh dari kemampuan para ulama salaf, yang malas menelaah suatu ilmu, malas mendengarkan penjelasan guru, yang berat berlama-lama mengkaji suatu diskursus kelimuan.

Sa’addu ad-Din at-Taftazani seringkali menangis karena susah memahami penjelasan gurunya namun ia terus bersabar hingga ia benar-benar memahaminya. Perhatikanlah tingkat kesabaran para ulama. Jika kita menengok generasi akhir ini, mereka banyak yang tidak sabar duduk berlama-lama di majelis ilmu. Pemandangan yang memilukan dimana mereka belum memiliki kapabilitas suatu keilmuan, belum mengikuti jalan para salafush salih dalam menuntut ilmu namun sudah berani menisbatkan gelar alim kepada dirinya dan menyampaikan ilmu yang bukan kapasitasnya.

Ibarat seorang dokter spesialis penyakit ringan mengobati pasien penyakit jantung. Terlebih ini terjadi dalam diskursus ilmu agama. Itulah kenapa mempelajari ilmu agama meniscayakan kesabaran, seorang yang ingin mempelajari tafsir Al-Qur’an harus bersabar mempelajari kaidah bahasa arab nahwu dan sharafnya, balaghinya, manthiq, dan asbab an-nuzulnya. Tanpa itu semua mustahil. Teringat petuah Syaikh Yusri Rusydi, “Ilmu setengah matang lebih berbahaya daripada ketidak tahuan sama sekali.” Bersabarlah dalam menuntut ilmu, nikmatilah prosesnya, nikmatilah bermain-main di tepi pantai maka tanpa kamu sadari, kamu sedang berada dalam samudera yang sangat luas.

Penjelasan:

maaf kalo salah jadikanlah jawaban terbaik yahh

Semoga dengan pertanyaan yang sudah terjawab oleh ktbpakde dapat membantu memudahkan mengerjakan soal, tugas dan PR sekolah kalian.

Apabila terdapat kesalahan dalam mengerjakan soal, silahkan koreksi jawaban dengan mengirimkan email ke yomemimo.com melalui halaman Contact

Last Update: Mon, 20 Jun 22